Sabtu, 21 Mei 2011

Andai Cakka Tak Pernah Mengenal Shilla

“Sepuluh…sembilan…delapan…….” Ify menghitung mundur sedangkan badannya menghadap ke sebuah pohon besar dengan wajah yang dia benamkan di antara kedua telapak tangannya layaknya orang yang sedang berjaga saat bermain petak umpet.

“Tiga….dua…..satu……Udah belom?” tak ada jawaban dari orang yang ditanya. Dan itu artinya…
“Aku mulai nyari ya…” Ify membalikkan badannya. Matanya mengawasi sekeliling. Sepi…hanya ada banyak pohon besar dan rindang di depannya. Dia mulai melangkahkan kakinya mengitari pohon-pohon terdekat di tepi tebing itu untuk mencari mangsanya yang sedang sembunyi.

Mata Ify teliti memandangi setiap bagian tempat itu, siapa tau dia ada di salah satu balik pohon yang ada di depannya.
Beberapa saat mencari, Ify tak juga menemukan orang yang dicarinya. Dia mulai kelelahan. Ify sudah mengitari di pohon-pohon terdekat. Lawan mainnya itu tak mungkin sembunyi terlalu jauh. Biasanya juga dia mudah ditemukan.

“Ih…..mana sih ni anak?” Ify mengusap peluh yang mengalir di dahinya. Dia mulai putus asa.
“Aku nyerah deh Cak…..” Ify berteriak mengaku kalah pada lawan mainnya yang ternyata adalah Cakka.

Mereka biasa bermain petak umpet disini. Mereka melakukannya tiap hari tapi mereka tak pernah bosan mengulangnya di hari berikutnya. Biasanya tak ada yang menang maupun yang kalah. Karena masing-masing pasti bisa menemukan lawannya. Bagaimana tidak, mereka sudah bermain di tempat itu puluhan kali. Bisa dibilang mereka hapal betul tempat-tempat strategis untuk sembunyi.

“Cakka keluar dong…..aku nyerah deh, capek nih…..” Ify duduk di tanah begitu saja menunggu Cakka keluar. Ia tak peduli gaun putihnya akan kotor terkena tanah yang ia pijak. Matanya masih teliti melihat sekeliling siapa tau bisa menangkap sosok Cakka. Beberapa saat Ify menunggu tapi Cakka tak juga keluar.

“Cakka!!!!!” Ify akhirnya berdiri. Dia terus memanggil-manggil nama Cakka dan meneruskan mencari.
“Apa dia sembunyi di balik tebing ya? Tapi kan ayah bilang kami masih belum boleh bermain di tebing.”

Ify melangkahkan kakinya menuju bibir tebing. Beberapa langkah lagi dia akan sampai di bibir tebing, tapi langkahnya terhenti saat melihat sesuatu di depannya.
Sebuah sepatu tergeletak tak jauh dari bibir tebing. Hanya satu sisi. Dan Ify mengenalinya.

“Cakka?” Ify berlari mendekati sepatu itu dan mengambilnya dengan perasaaan campur aduk.
“Cakka??” Ify mulai panik. Sepatu itu milik Cakka. Tapi kemana pemiliknya? Dia sudah hampir menangis. Dia menuju bibir tebing lalu mengintip ke bawah.
“Ya Tuhaan…ini curam sekali. Mungkinkah….”

“CAKKAAAAA!!!!!!!!!” Ify sudah benar-benar panik. Pikiran buruk mulai menghantuinya. Dia terus berteriak memanggil nama Cakka. Ify terpaku di bibir tebing dan masih meneriakkan nama Cakka sekeras mungkin dengan berurai air mata. Matanya melihat sekeliling. Sekarang dia benar-benar sendiri. Dimana Cakka?

“Cakkaaaaaaa!!!!!!!!” Ify merasakan badannya lemas. Dia menangis menatap jurang terjal di hadapannya. Cakka tak juga menjawab. sampai tiba-tiba sesuatu menepuk pundaknya dari belakang.
Ify menoleh kaget.

Cakka berdiri di belakangnya sambil meringis jahil.
“Cakka?!?!?!?” Ify langsung memeluk Cakka erat-erat, tangisannya semakin keras dan badannya gemetar.

“Hehehe…..Kena deh Ify….”
Cakka masih tersenyum-senyum dengan gaya jahilnya. Sedangkan Ify semakin erat memeluk Cakka dan tubuhnya semakin keras berguncang.

“Ih…Ify cengeng. Masa gitu aja nangis…takut ya ditinggal sendirian di hutan?” Masih dengan nada bercanda Cakka terus menggoda Ify yang masih terus menangis sambil memeluknya.

“Eh…Fy?” Cakka menghentikan tertawanya. heran kenapa Ify tak berhenti menangis padahal jelas-jelas dia hanya bercanda dan sekarang sudah berdiri di hadapannya.
“Fy…udah dong nangisnya…kan cuma becanda…maaf deh…”
Ify masih terus menangis….

Cakka menyentuh tangan Ify yang melingkar di pinggangnya berniat melepaskannya dari tubuhnya tapi dia kaget.
“Fy….tangan kamu dingin banget…kamu gemetar???”
Cakka yang tadinya berniat hanya menjahili Ify jadi panik melihat Ify yang gak berhenti menangis dan malah semakin erat memeluknya.

“Fy…maaf Fy…aku cuma bercanda….” Sekarang ganti Cakka yang panik menenangkan Ify.

“Ga mau……ga mau…”
“Ga mau apa Fy? Maaf…aku cuma bercanda….maaf kalau keterlaluan…”

“Ga……mau…Cakka …..pergi…..”
Cakka tertegun mendengar jawaban Ify. Tangan Ify semakin erat memeluk pinggangnya.
“Fy…..Fy maaf Fy…beneran aku cuma bercanda……” Cakka memegang bahu Ify dan menariknya menjauh dari badannya. Ditatapnya wajah Ify yang basah karena air mata. Dia jadi merasa bersalah.

”Ify….mau…sama…..Cakka…terus”
Kalimat Ify terputus-putus karena dia mengucapkannya sambil terisak.
“Iya Fy iya…maaf Fy…maafin Cakka….jangan nangis lagi ya…”Cakka mengusap air mata di pipi Ify…badan Ify masih gemetar.
“Kita pulang aja ya….” Cakka menggenggam tangan Ify dan menggandengnya perlahan pulang ke rumah.
“Jangan nangis lagi dong Fy….nanti aku bisa dikutuk jadi kodok sama Rio kalau sampai ketauan bikin kamu nangis….” Cakka berkata sungguh-sungguh dengan tatapan penuh harap pada Ify.

Ify mengangkat wajahnya dan menatap Cakka yang berjalan di sampingnya. Dia mencoba menenangkan perasaannya. kemudian menghapus air matanya sendiri dan mengangguk pelan pada Cakka. Dia juga tak ingin terjadi apa-apa pada Cakka kalau sampai kakaknya marah.

“Senyum dong….” Cakka menatap Ify dengan muka memohon.
Perlahan Ify memberikan senyum manisnya pada Cakka. Mereka berjalan pulang dengan langkah pelan sambil menunggu mata Ify yang merah kembali seperti semula.

>>>>>>>>>>

8 Tahun kemudian

12 April 2010 pukul 16.00

“Shillaaaa!!!!!!!!!!!”  Cakka berteriak saat melihat sebuah mobil melaju kencang dan hendak menabrak Shilla.

BRAKK!!!!!!
Suara kaca pecah dan benturan benda keras memancing perhatian orang-orang sekitar. Semua orang segera berkerumun di sekitar mobil yang menabrak pohon palm itu. Beberapa orang membantu Shilla berdiri. Cakka berlari melihat keadaan Shilla yang sudah bisa berdiri tegak tanpa ada kurang suatu apapun.

“Shil,kamu gapapa kan?” Cakka bertanya dengan nada panik sambil melihat Shilla dari ujung kepala sampai ujung kaki meneliti kalau-kalau Shilla terluka.
“Gapapa Cak….aku cuma kaget tadi waktu di klakson….” Shilla masih tampak ketakutan, mungkin karena terlalu kaget.

Orang-orang berkerumun di sekitar mobil yang remuk bagian depannya itu. Tapi sepertinya pengemudinya tidak apa-apa. Hanya luka ringan. Beberapa orang membawanya ke rumah sakit. Shilla juga tidak ditanya macam-macam oleh polisi karena memang mobil itu yang salah. Setelah diijinkan oleh polisi yang menangani kecelakaan itu Cakka segera membawa Shilla pulang.

“Kamu beneran gapapa Shil?”
“Gapapa Cakka…..aku cuma kaget. Aku juga heran. Padahal tadi waktu aku nengok mobil itu udah deket banget di belakangku. Kayaknya ga mungkin lagi menghindar. Tapi kok mobilnya malah nabrak pohon?” Shilla mengerutkan keningnya seolah mengingat-ingat sesuatu.
“Udah jangan dipikirin lagi. Yang penting kamu selamat.” Cakka meyakinkan Shilla.

“Tapi Cak….aku udah sering banget ngalamin kayak gini.” Shilla masih tetap berusaha mengingat-ingat.
“Udahlah Shil….”

“Beneran Cak…” Shilla memotong kalimat Cakka. “Dulu juga waktu aku mau disrempet sepeda motor tiba-tiba sepeda motornya malah jatuh dibelakangku. Trus waktu aku hampir aja jatuh ke tebing di perkemahan, eh….ada sulur pohon yang ngiket kaki aku, padahal kayaknya waktu itu ga ada pohon. Trus…”
“Shil udah lah….” Cakka buru-buru memotong kalimat Shilla yang ngomong panjang lebar.

“Tapi Cak….semua tu kejadiannya aneh, ga wajar. Dan kamu nyadar ga sih, setiap kali aku hampir celaka itu selalu ada kamu yang nolongin aku?” Shilla menatap Cakka serius.
“Shil….kamu percaya keajaiban kan?” Shilla mengangguk pelan.
“Nah…siapa tau itu adalah salah satunya.”
Shilla tampak berpikir.

“makanya ga usah dipikirin. Udah ah…pulang yuk….udah sore nih…”
Cakka menggandeng tangan Shilla dan merekapun pulang ke rumah setelah menghabiskan sore itu untuk mengerjakan tugas di rumah Oik untuk acara camping besok.

>>>>>>>>>>

13 April 2010 pukul 10.00
 @Bumi perkemahan

“Cakka, Shilla dan Gabriel cari kayu bakar ya….kita kumpul lagi disini 1 jam lagi…” Alvin, ketua pramuka, membagi tugas pada kelompok-kelompok yang sudah dibentuk.

Cakka, Shilla dan Gabriel pun menuju tempat yang sudah ditunjukkan oleh Alvin. Mereka berjalan berpencar di tengah hutan yang sepi itu sambil memunguti ranting-ranting yang sekiranya bisa mereka jadikan kayu bakar. Masing-masing memunguti ranting di tempat yang berbeda tapi tetap berdekatan.

Mereka berkonsentrasi melihat sekitar mengamati ranting mana yang bisa mereka ambil.

Tiba-tiba.…..

“AAAAA!!!!!!!!!!”

BRAKKK!!!!
Terdengar teriakan Cakka disusul suara benda terjatuh di antara ranting-ranting. Shilla dan Gabriel sontak menengok ke sumber suara dan betapa kagetnya mereka melihat Cakka tergeletak setelah tubuhnya menghantam sebuah pohon besar.

“Cakka!!!!” Shilla dan Gabriel segera berlari ke arah Cakka yang sedang berusaha bangun. Shilla meraih bahu Cakka, begitu juga dengan Gabriel.

“Cak….kamu Kenapa?” Shilla bertanya dengan wajah khawatir.
“Iya Cak….kenapa?” Gabriel tak kalah paniknya.

Cakka tidak menjawab, hanya dia mengarahkan pandangannya ke depan. Sorot matanya menunjuk sesuatu.
Shilla dan Gabriel ikut mengarahkan pandangan pada obyek yang ditunjuk Cakka dengan sorot matanya. Dan betapa kagetnya Shilla dan Gabriel saat menyadari apa yang mereka lihat.

Gabriel melotot menatap sesuatu itu, sementara Shilla menatapnya dengan ketakutan. Mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Cakka memandang sinis pada sesuatu yang muncul secara tiba-tiba itu.

Beberapa meter di depan mereka tampak sosok dengan pakaian yang tidak biasa. Seorang anak laki-laki yang tampak sedikit lebih tua dari mereka mengenakan baju serba putih.
Yang membuat mereka ternganga adalah dari punggung anak lelaki itu tampak sepasang sayap sangat lebar yang sekarang semakin menciut dan akhirnya menghilang. Anak laki-laki itu berdiri tegap di hadapan mereka bertiga. Tatapannya sinis dan tajam.

Mereka terdiam dalam keheningan yang mencekam. Rasa takut sekaligus tak percaya campur aduk dalam perasaan mereka. Hanya Cakka yang tampak tak terlalu heran dan sekarang berusaha bangkit menatap sosok itu dengan tatapan tajam.

“Rio??” Cakka mengucapkan nama itu pelan namun seperti penuh amarah.

Anak laki-laki yang dipanggil Rio itu tidak menjawab. Dia perlahan mengacungkan telunjuknya ke arah Cakka dan seketika itu juga tubuh Cakka tiba-tiba terlempar menghantam pohon besar di belakangnya. Darah segar mengalir dari bibir Cakka.

“Cakka!!!!!” Shilla dan Gabriel tersadar dari lamunannya dan berteriak bersamaan lalu berlari menolong Cakka. Wajah mereka tampak pucat pasi melihat apa yang terjadi. Dalam mimpipun mereka tidak pernah membayangkan akan mengalami kejadian seperti ini.

“Cak, dia siapa? Kenapa dia bisa….”
Belum sempat Shilla menyelesaikan kalimatnya dia merasakan kedua lengannya dicengkeram kuat. Begitu juga dengan Gabriel. Saat mereka menoleh ke belakang ternyata di belakang mereka masing-masing ada dua orang yang juga berpakaian serba putih dan tentu saja juga bersayap mencengkeram kuat lengan mereka.

 Shilla dan Gabriel tak bisa  melepaskan diri dari cengkeraman mereka. Mereka ditarik menjauh dari Cakka.

“Shilla!!!! Gabriel!!!!” Cakka menatap mereka dengan pandangan khawatir.
“Heh lepaskan mereka!!!!”  Cakka bersiap menghampiri Shilla tapi anak laki-laki bernama Rio itu kembali mengacungkan telunjuknya dan sekali lagi tubuh Cakka terlempar menghantam pohon. Darah semakin banyak menetes dari bibir Cakka.

“Cakka!!!!!” Shilla sudah menangis melihat pacarnya disiksa seperti itu. Rasa takut membuat badannya lemas dan gemetar. Sementara Gabriel terus meronta dari cengkeraman dua orang pengawal itu.
“Lepasin!!!!”
Para pengawal itu tidak menghiraukan rintihan Gabriel dan Shilla yang kesakitan. Mereka justru semakin kuat mencengkeram lengan mereka.

Cakka tergeletak lemas di tanah. Dia kesulitan untuk bangkit. Punggungnya terasa remuk. Sekujur tubuhnya penuh luka dan darah segar.
Rio berjalan pelan mendekati Cakka.

“Ke…kenapa?” Cakka berbicara dengan nada kesakitan. Tatapan matanya sinis pada Rio.

Rio berdiri di samping tubuh Cakka yang masih tergeletak lemah di tanah.
“Apa kau sudah lupa?” Rio berbicara pelan. Dia mengarahkan telapak tangannya ke arah dada Cakka. Dan tiba-tiba Cakka merasakan dadanya begitu sakit. Seperti ada sesuatu yang menusuk jantungnya.

“Aaaaa!!!!! apa maksudmuuu?” Cakka bicara diselingi dengan rintihan karena dadanya yang terasa semakin sakit.

“Siapa Shilla?” Nada suara Rio meninggi dan masih tetap mengarahkan telapak tangannya ke dada Cakka.

“Aaaaa!!!! Dia…..dia pacarku. Kenapa??? Hentikaaaan!!!! Aaaaaa!!!!” Cakka merintih memegangi dadanya yang semakin sakit tanpa bisa bangkit sedikitpun.

“Jadi kau sudah benar-benar lupa? APA KAU LUPA?????” Rio berteriak membentak Cakka dan bersamaan dengan itu Rio semakin mendekatkan telapak tangannya seolah menekan jantung Cakka.

“Aaaaa!!!!!!!”

“Cakkaaaaaa!!!!!” Shilla benar-benar merasakan tubuhnya lemas tak berdaya. Dia tak bisa bergerak menyelamatkan Cakka. Dia hanya bisa melihat kekasihnya mengerang kesakitan.

“Jadi kau lupa janjimu 7 tahun yang lalu????”

>>>>>>>>>>

7 tahun yang lalu….
Istana langit

“Ayah jangan!!!!!”  Ify meronta dari cengkeraman pengawal istana yang memegang lengannya erat sekali.

“Ify….sudahlah Nak…..” Permaisuri menenangkan putrinya yang meronta-ronta. Beliau iba melihat putrinya menangis mengiba-iba seperti itu.

“Ayah jangan ayah…..”
“Ify sudahlah!!!!” Rio membentak Ify yang terus berteriak memohon daritadi.

Raja langit tak mempedulikan teriakan putrinya. Dia menatap Cakka tajam.
“Kau akan kami anggap sebagai anggota kerajaan kami jika kau telah menjalani masa ujianmu di bumi selama 7 tahun. Pengawal lemparkan dia!!!” Para pengawal yang menahan tubuh Cakka bersiap melemparkan Cakka ke lubang hitam yang merupakan batas antara langit dan bumi.

“JANGAAAANN!!!!!” Ify meronta semakin kuat dan akhirnya berhasil melepaskan diri lalu berlari kepada ayahnya dan berlutut di kakinya.

“Ayah jangan ayah…..Ify mohon jangan….” Ify memohon sambil terus menangis di kaki ayahnya.

“Rio!” Ayah Ify memberi isyarat pada Rio untuk menjauhkan Ify. Rio pun segera mengerti dan menarik adiknya berdiri lalu menyeretnya menjauh dari ayahnya.

“Lepasin!!!! Lepasin Kak!!!!” Ify meronta2 dari cengkeraman kakaknya. “Ibu!!!! Ify mohon Ibu……jangan!!!! Ibu!!!!” Ify menatap ibunya dengan tatapan mengiba. Rio semakin kuat menahan Ify yang terus berteriak sekuat tenaga.

“Ify mau ngomong sama Cakka sekali saja Ibu…..Ibu!!!!”

“Baginda…..” Mata permaisuri menatap Raja langit dengan tatapan yang mengisyaratkan permohonan. Raja langit tampak berpikir dan akhirnya mengijinkan Ify bicara dengan Cakka.

“Lepaskan dia!!!” Raja langit memerintahkan agar Cakka dilepaskan. Para pengawal itu melepaskan tangannya dari lengan Cakka. Ify segera berlari kearahnya dan langsung memeluk Alvin.

Sedari tadi Cakka memang tidak meronta minta dilepaskan karena dia tahu memang itulah yang harus dia hadapi. Sekeras apapun dia memohon tak akan bisa merubah keputusan Raja Langit. Semua ini sudah bagian dari hukum kerajaan.
Cakka ternyata adalah keturunan penyihir hitam yang merupakan musuh terbesar kerajaan langit. Dia dan keluarganya harus turun ke bumi dan hidup berpencar di tempat yang berbeda. Mereka akan diakui sebagai anggota kerajaan langit asalkan mereka mau menjalani hidup di bumi selama 7 tahun.

“Cakka….jangan pergi….” Ify terus memeluk Cakka sembari menangis tersedu-sedu.
“Fy…..Ify…liat aku…….” Cakka mengarahkan wajah Ify agar menatapnya.
“Aku hanya pergi 7 tahun dan aku akan kembali….” Cakka berusaha meyakinkan Ify.

“Tapi Cak…” Ify masih terus menangis.
“Fy…..kalau kamu sayang sama aku, kamu harus percaya kalau aku pasti kembali buat kamu. Aku pasti kembali buat kamu Fy….aku akan baik-baik saja. Aku janji….” Cakka menatap mata Ify penuh harap. Sebenarnya hatinya juga sakit harus berpisah dengan orang yang sangat disayanginya.

“Tapi Cak……” Ify tetap tak rela berpisah dengan Cakka.
“Fy……aku janji…..” Cakka menatap Ify dengan mata berkaca-kaca. Hatinya tetap tak bisa sok kuat menahan perasaan sakit.

“Pengawal!!!” Raja memberi isyarat pada pengawalnya untuk menangkap Cakka.

“Cakka!!!!” Tubuh Cakka tertarik menjauh dari pelukan Ify. Ify tetap bersikeras tak mau melepaskan Cakka. Rio pun segera bertindak. Dia menarik tubuh adiknya yang masih terus meronta menjauh dari Cakka.

“Turunkan mereka!!!!” Raja langit mengeluarkan titah.

“CAKKAAAA!!!!!!!” Teriakan Ify mengiringi jatuhnya tubuh Cakka ke lubang hitam. Ify jatuh terduduk menatapi tubuh orang yang disayanginya menghilang dari pandangannya.

7 tahun dilalui Ify dengan berat. Di awal Cakka meninggalkannya, hampir setiap hari dia menangis. Tapi makin lama dia tak lagi menangis. Ify berubah menjadi anak yang pemurung. Rio dan Permaisuri selalu berusaha memberikan semangat pada Ify. Tapi semua itu tak cukup untuk mengembalikan Ify seperti dulu lagi.

Tapi penantian Ify itu dibalas dengan sakit hati oleh Cakka.
Setelah 7 tahun waktu yang diberikan telah berakhir. Raja langit mengeluarkan sebuah cermin raksasa. Dari cermin itu mereka akan bisa melihat keberadaan Cakka dan keluarganya di bumi. Ify sangat menanti-nantikan hari itu. Hari dimana dia akan bisa melihat lagi orang yang selama ini ditunggunya. Tapi saat bayangan Cakka perlahan mulai tampak jelas, betapa kagetnya Ify, begitu juga Rio dan semua orang yang menjadi saksi janji yang diucapkan Cakka dulu, saat melihat Cakka sedang mencium Shilla di sebuah taman di bumi.

Raja langit memutuskan untuk tidak menaikkan dulu Cakka ke langit karena hal itu. Sementara Rio akhirnya tak tahan lagi melihat adiknya setiap hari menangis menyadari kenyataan bahwa orang yang ditunggunya selama 7 tahun ternyata melupakannya dan bahkan sudah menemukan penggantinya.

Akirnya Rio pun memutuskan untuk turun sendiri ke bumi dan ingin menghajar Cakka yang sudah sangat menyiksa adiknya.

>>>>>>>>>>

“Jadi kau sudah lupa dengan janjimu pada adikku Hah???”

“Aaaaa!!!! Hentikan Rio hentikan!!!!”

“Hentikan?? Baiklah….” Rio menarik tangannya. Cakka masih meringis merasakan perih di dadanya. Tapi tiba-tiba tangan Rio mengarah ke arah lain…..

“Aaaa!!!!” Terdengar teriakan Shilla yang terkena sihir Rio.

“Shilla!!!!” Cakka berusaha bangkit saat melihat Shilla kesakitan karena ulah Rio.

“jangan sakiti Shilla!!!”

Rio tersenyum sinis pada Cakka dan semakin menguatkan mantranya pada Shilla.

“Aaaa!!!! Sakiiiit!!!”

“Cukup Rio!” Sebuah suara membuat Rio menghentikan mantranya. Rio menoleh ke sumber suara.
Tampak Raja langit, permaisuri dan beberapa pengawal yang berjumlah hampir 20 orang muncul dengan pakaian serba putih.

Gabriel yang masih meronta-ronta terbelalak kaget melihat fenomena yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Sementara Shilla yang masih merasakan sakit di tubuhnya, semakin merasa badannya lemas menatap rombongan peri bersayap yang baru saja hadir di hadapannya.

“Ayah??” Rio menghentikan sihirnya. “maaf ayah….”

Raja langit hanya mengangguk tanpa berkata apapun.

Tibatiba Ify muncul dari sela-sela rombongan pengawal. Matanya tertuju pada sosok yang sangat dirindukannya.
“Cakka…..”

Cakka yang melihat sosok Ify terbelalak. Dia tak menyangka akan bertemu lagi dengannya setelah sekian lama. Dan perasaannya pada Ify…..

“Aaaaaa!!!!!” Terdengar teriakan Shilla yang terkena sihir Rio.
“Shilla!!!”
Cakka yang merasa tubuhnya telah sedikit pulih berlari ke arah Shilla tapi Rio mengacungkan telunjuknya sehingga tubuh Cakka tiba-tiba kembali terlempar ke belakang.

“Kenapa kau masih membelanya???? Itu Ify….apa kau tidak ingat dengannya????” Rio menatap Cakka emosi.

Cakka menatap Ify tapi kemudian kembali melihat Rio.
“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Shilla. Dia pacarku dan aku tidak akan membiarkan dia terluka.”

Jantung Ify terasa dihujam pedang saat mendengar kalimat Cakka langsung dihadapannya. Cakka bahkan tak mau mempedulikan dia sedikitpun.

“Lalu bagaimana dengan Ify? Bertahun-tahun dia menunggumu. Bertahun-tahun dia memegang janji yang kau ucapkan dari mulut manismu itu, tapi seperti ini balasanmu??” Rio kembali melemparkan tubuh Cakka hingga menghantam pohon di belakangnya.

“Cakka!!” Ify hendak berlari menolong Cakka tapi tangannya ditahan oleh ayahnya.

Cakka berusaha bangkit.
“Aku mencintai Shilla!!!!!”

“Kurang ajar!!!!!” Rio berlari ke arah Cakka dan menghantam tubuhnya dengan sihir sekuat tenaga. Tubuh Cakka terhantam kembali ke pohon. Darah segar mengalir dari kepalanya.

Ify yang melihat kejadian itu menggigit bibirnya. Tangannya mengenggam kuat.

“Lawan aku!” Rio bersiap meluncurkan sihirnya tapi Cakka reflek mengeluarkan kekuatannya yang memang masih tetap ada selama ia tinggal di bumi dan menghantam tubuh Rio hingga terjatuh. Pertarungan pun tak terelakkan lagi. Shilla hanya bisa menjerit melihat tubuh Cakka terlempar kesana kemari. Dia dan Gabriel tak bisa berbuat apapun karena mereka dijaga ketat oleh para pengawal. Sedangkan Ify merasakan jantungnya berdetak kencang melihat orang yang disayanginya merintih kesakitan.

Pertarungan itu tidak seimbang. Rio tentu jauh lebih kuat dibanding Cakka. Dan sekarang Cakka sudah tergeletak tak berdaya di tanah. Sekujur tubuhnya penuh luka dan darah. Matanya terpejam. Badannya sama sekali tak bergerak. Namun dadanya masih tampak naik turun menandakan dia masih bernapas.

Shilla sudah menjerit-jerit memanggil nama Cakka. Tubuhnya meronta-ronta minta dilepaskan. Sedangkan Ify merasakan tubuhnya semakin lemas melihatnya.

Rio berjalan mendekati tubuh Cakka yang sudah tak bergerak. Rio mengarahkan telapak tangannya ke arah dada Cakka dan bersiap meluncurkan sihir terakhirnya untuk mengakhiri hidup Cakka.

“Jangaaaaaan!!!!!!!!!!!!” Ify meronta keras dari genggaman tangan ayahnya dan berlari ke arah Cakka.

“Jangan Kak jangan….” Ify memohon pada Rio agar tidak meneruskannya.

“Cakka bangun Cakka….” Ify memangku kepala Cakka yang berlumuran darah. Air mata Ify sudah tak terbendung lagi melihat Cakka tak berdaya.

“Minggir Ify!!!!” Rio hendak menarik bahu Ify tapi Ify menepisnya dengan kasar.

“Jangan!!!! Aku bilang jangaann!!!!!”
Ify kembali menatap wajah Cakka. Diusapnya pipi Cakka yang berlumuran darah. Rio hanya berdiri terpaku.

“Kenapa kau masih membelanya?” Rio berkata pelan dan menatap adiknya dengan tatapan iba. Dia tak tega melihat air mata adiknya terkuras hanya karena manusia tak tau diri seperti Cakka.

“Kakak tidak mengerti perasaanku….” Ify berkata lirih masih tetap memandang wajah Cakka yang sudah tak berdaya. Rio bungkam mendengar penuturan adiknya.


Ify meletakkan kembali kepala Cakka ke tanah dan kemudian bergegas berjalan ke arah Gabriel dan Shilla.

“Lepaskan mereka!!!!” Ify memerintahkan para pengawalnya untuk melepaskan Shilla dan Gabriel.

“Ify!” Ayah Ify memberikan isyarat agar Ify kembali.

“Aku bilang lepaskan!!!!!” Pengawal-pengawal itu menatap Ify bimbang.

“Lepaskaaaaaaannnn!!!!!!!” Ify berteriak.

“Lepaskan mereka” Ayah Ify memberi isyarat agar pengawal melepaskan mereka. Sebagai seorang ayah ia pun tak tega melihat putrinya terus-menerus memohon dan mengiba. Akhirnya Shilla dan Gabriel pun dilepaskan.

“Bawa Cakka pergi!” Ify menatap Shilla tajam. Sementara Shilla masih menatap Ify dengan wajah ketakutan.
“Bawa dia pergi!!!!!!!” Ify mengulangi kata-katanya dengan air mata yang terus menetes.

Tanpa menunggu lagi Shilla dan Gabriel langsung berlari ke arah Cakka lalu memapahnya pergi dengan terburu-buru.

“Kenapa kau membiarkan dia pergi?” Rio menatap Ify tajam. Tanpa mempedulikan pertanyaan Rio, Ify langsung mengucapkan sihirnya dan menghilang kembali ke istana.

>>>>>>>>>>

Rio tak pernah lagi menemui Cakka. Ify akan sangat marah padanya jika dia berani menyentuh Cakka lagi. Ify mengancam akan menceburkan diri ke telaga hitam jika ada yang berani menyakiti Cakka. Semua penghuni istana langit tahu tak ada satu peripun yang akan selamat jika tercebur kesana.
semenjak kejadian itu Ify hanya termenung di kamarnya. Wajahnya murung. Matanya selalu sembab karena menangis. Wajahnya tampak sayu dan pucat.

Seluruh anggota kerajaan merasakan kesedihan Ify, tapi mereka menghargai keputusan Ify untuk membiarkan Cakka bebas.
Ify semakin menjadi sosok yang pemurung. Senyum tak pernah lagi tersungging dari bibinya. Dia bertekad untuk mengikhlaskan Cakka tapi akhirnya tetap tak bisa. Ia tak pernah bisa melupakan Cakka.

Kedua orang tua Cakka sudah diangkat ke langit dan menjadi anggota kerajaan langit, tapi tidak demikian dengan Cakka. Raja langit tidak menaikkannya ke langit karena sepertinya Cakka pun sudah merasa hidupnya lebih bahagia di bumi.

>>>>>>>>>>

4 tahun kemudian.

Ruangan itu tampak sepi. Hanya ada seorang Ibu yang duduk di samping ranjang memandangi sosok yang sudah 5 hari terbaring lemah di kasur rumah sakit itu. Wajah ibu itu tampak kelelahan. Dia memandangi wajah anaknya yang pucat dengan perasaan sedih. Setiap hari dia berdoa agar anaknya bisa selamat dan segera bangun dari koma.

Sekarang sudah jam 8 malam. Suster baru saja selesai mengganti perban di kepala Cakka. Shilla juga baru saja pulang setelah sejak pulang sekolah tadi menunggui Cakka di rumah sakit.

Cakka mengalami kecelakaan 5 hari yang lalu saat mengendarai motornya ke puncak. Benturan di kepalanya menyebabkan dia koma selama 5 hari dan belum sadar sampai sekarang. Setiap hari hanya ada ibu angkat Cakka dan Shilla yang selalu setia menunggu Cakka. Entah kapan Cakka akan sadar.

Tiba-tiba Ibu angkat Cakka merasakan dirinya begitu mengantuk. Ia berkali-kali menguap dan akhirnya tertidur bersandar di kursinya.

Waktu pun berhenti berdetak.

Sesosok makhluk bergaun serba putih dan bersayap lebar muncul dari  pojok ruangan. Sosok itu adalah Ify.
Ify berjalan perlahan ke tempat tidur Cakka. Dia berdiri di samping kiri tubuh Cakka yang terbaring tak berdaya. Dia menatap Cakka dengan perasaan sedih yang teramat sangat. Semua yang terjadi sudah membuatnya begitu sakit hati. Tentang masa lalunya, tentang Shilla, dan tentang keadaan Cakka sekarang.

Malam ini Ify pergi diam-diam dari istana langit. Tak ada seorangpun yang tahu bahwa dia turun ke bumi untuk menemui Cakka. Dia sudah tak tahan lagi melihat Cakka menderita seperti ini. Dia juga tak sanggup lagi menahan perasaan cinta sekaligus sakit hatinya pada Cakka yang sudah tak lagi mempedulikannya.
4 tahun ini dia jalani dengan menahan perih yang terasa membakar hatinya. 4 tahun dia berusaha melupakan Cakka tapi 4 tahun pula dia terus terbayang wajah Cakka dan tak pernah bisa menghapusnya dari pikiran.

Ify menatap wajah Cakka yang pucat. Air matanya mengalir melihat orang yang dulu sangat menyayangi dan disayanginya sekarang dalam keadaan antara hidup dan mati.

Ify sudah mengambil keputusan. Walaupun mungkin keputusan yang diambilnya tidak akan pernah disetujui oleh kakak, ayah, ibu, maupun semua orang yang mengenalnya. Karena itulah Ify tak mengatakan keputusannya itu pada siapapun.

Malam ini dia akan melakukan apa yang sudah menjadi pilihannya. Tak akan ada yang bisa menahannya untuk tidak melaksanakannya. Semua itu demi Cakka dan juga demi dirinya.

Ify mengelus dahi Cakka yang dibalut perban. Dia genggam tangan Cakka yang lemah tanpa daya. Air matanya semakin deras mengalir di pipinya. Dia harus bisa, dan pasti bisa.

Ify menggenggam kalung yang melingkar di lehernya. Kalung yang tidak akan pernah bisa terlepas kecuali dia sudah mati. Itu adalah kalung kehidupannya. Cahaya dari kalung itu adalah simbol dari nyawanya.

Dan sekarang dia akan memberikan cahaya kalung itu kepada orang yang paling dicintainya selama hidupnya. Orang yang sudah mengisi hari-harinya saat mereka masih kecil, menanamkan perasaan cinta yang tertancap begitu dalam di hatinya, orang yang selama 7 tahun dinantikannya tanpa sedikitpun berkurang perasaan cintanya, dan orang yang ternyata sudah mengabaikan dan menyakiti hatinya setelah sekian lama ditunggunya dengan uraian air mata rindu dan penantian yang teramat panjang.  Dan 4 tahun dia menghabiskan hari-harinya dengan air mata karena Cakka tak lagi mempedulikannya. Tapi hari ini dia akan memberikan cahaya kehidupannya pada Cakka.

“Aku ingin kau tak lagi mengingatku Cakka…”

Ify mengarahkan telapak tangannya ke dahi Cakka dan sebuah cahaya terang dari telapak tangan Ify merenggut semua ingatan Cakka tentang Ify….tentang istana langit….dan tentang semua yang berhubungan dengan dirinya. Dia ingin Cakka menjadi manusia seutuhnya. Cahaya itu padam dan itu berarti Cakka tidak akan ingat lagi segala sesuatu tentang Ify.

Ify menundukkan badannya agar dia bisa mendekatkan bandul kalungnya pada Cakka. Digenggamkannya bandul kalungnya yang berbentuk bulan sabit itu ke tangan kiri Cakka. Kemudian tangan kanan Ify juga menggenggam tangan Cakka yang di dalamnya terdapat bandul kalungnya itu.

“Jangan Fy!!!!!!”
Sebuah suara dari pojok ruangan mengagetkan Ify.

“Kak Rio???”
Rio bergegas berjalan ke arah Ify tapi terlambat. Ify mengacungkan telunjuknya dan tiba-tiba muncul tirai transparan seperti gelembung sabun yang melingkupi tubuh Ify dan Cakka sehingga menghalangi Rio.

“Maaf Ka‘….”
Rio mencoba menembus tirai itu tapi tak bisa. Tirai transparan itu begitu kuat. Rio memukul2kan tangannya dan menendang-nendang dengan segenap kekuatannya tapi tirai itu tetap tak bergeming. Dia keluarkan sihir-sihir yang dimilikinya tapi tetap tak bisa menembus tirai itu.

Ify menatap kakaknya sejenak lalu kembali menatap Cakka. Dia menggenggamkan lagi kalungnya ke tangan Cakka dan kemudian di genggamnya juga dengan tangan kanannya.

“Fy jangan Fy!!!!!”

Ify tak mempedulikan panggilan kakaknya. Air matanya menetes jatuh ke badan Cakka.

“Fy…kakak mohon jangan Fy…Fy…ingatlah ayah dan ibu…Ify jangan!!!” Rio terus berteriak sambil terus memukul-mukul tirai itu dengan sekuat tenaga mencoba menembusnya.

“Ify!!!! Ify jangan…Ify!!!!!”
Ify tak mempedulikan Rio yang benar-benar panik.

Ify menempelkan tangan kirinya ke dada Cakka. Dia memejamkan matanya, berkonsentrasi mencoba mencari dan merasakan detak jantung Cakka.

“Maaf Kak…..Ify egois…..” Ify berkata lirih.

“Ify jangan Ify!!! Ify!!!!!!!”
Akhirnya Rio berhenti memukuli tirai itu. tubuhnya berdiri kaku menatap adiknya di dalam sana mengorbankan hidupnya demi orang yang sudah menyakitinya.

“Ify….” Rio menyebut nama adiknya lirih. Dia sadar tak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk mancegah Ify.

Ify sudah siap.

“Cakka…….aku sangat menyayangimu. Andaikan kau tau aku menunggumu sekian lama berharap kita bisa seperti dulu lagi.” Ify bicara dengan air mata yang terus mengalir.

“Ku akui aku sangat membenci Shilla……..tapi kau sangat menyayanginya. Dan aku sangat menyayangimu. Aku ingin kau bahagia Cakka.” Ify menatap wajah Cakka sayu.

“Aku tak tau harus bagaimana. Aku tak mungkin memaksamu untuk melupakan orang yang kau sayangi karena aku tau itu tidak mudah. Begitu juga denganku yang berusaha melupakanmu tapi tetap tak pernah bisa. Tapi aku juga tak sanggup menahan sakit hatiku menatapmu bersamanya Cakka….Aku tidak sekuat itu. Aku tidak sanggup Cakka….tidak sanggup….”

“Jangan pernah sakiti dia. Jangan buat dia merasakan apa yang kurasakan. Sakit Cakka…..Sakit……Andaikan kau tau aku rela mengorbankan hidupku hanya demi dirimu.” Ify semakin erat menggengam tangan Cakka.
“Seumur hidupku tak ada seorangpun yang bisa menggantikanmu di hatiku. Andaikan kau mengerti aku sakit hati Cakka….sakit…….Aku akan selalu ada untukmu. Entah kau peduli maupun tidak. Karena aku hanya untukmu. Hanya untukmu Cakka……semoga kau bahagia……”

Rio menatap adiknya tanpa bisa berbuat apapun.
“Ify…….semoga kau bahagia…..maaf tak bisa menjagamu dengan baik“ Rio menatap adiknya sendu. Sebutir air mata mengalir dari pelupuk matanya. Rio menundukkan wajahnya. Dia pejamkan matanya.

Ify mendekatkan wajahnya pada Cakka. Ify mencium kening Cakka dan memejamkan matanya. Dia rasakan tangan kanannya yang menggenggam tangan Cakka terasa menghangat karena cahaya dari kalungnya. Dia rasakan tangan kirinya yang menempel di dada Cakka, merasakan detak jantung Cakka.

Kalung itu bersinar beberapa saat…..terang sekali……lama kelamaan semakin meredup dan akhirnya padam. Dan seiring dengan padamnya cahaya itu, tubuh Ify pun terjatuh tergeletak ke lantai dan tirai yang melindungi mereka pun lenyap.

“Ify!!!!” Rio berlari ke arah Ify yang sudah terkulai di lantai dan memeluk adiknya. Ia menangis memangku badan adiknya.
Rio tak sanggup mengatakan apapun. Kalung Ify menghitam, menandakan tak ada lagi kehidupan disana. Adiknya telah mati. Air mata Rio terus menetes menatap mata adiknya yang terpejam.

Rio mengangkat tubuh adiknya.

Sebelum beranjak pergi Rio melihat ke arah Cakka.
“Semoga kau bahagia. Adikku mengorbankan dirinya untukmu. Mengertilah arti cinta sejati.”

Rio memejamkan matanya. Tubuh Ify terkulai di tangan Rio. Rio mengucapkan sihirnya dan sekejap kemudian mereka menghilang.

Waktu kembali berputar. Ibu angkat Cakka terbangun dari tidurnya dan tak lama kemudian Cakka tersadar dari komanya.

>>>>>>>>>>

Semenjak itulah Cakka menjadi manusia seutuhnya. Dia tak lagi ingat tentang istana langit, tentang sihir dan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ify. Dia menjalani hari-harinya bersama Shilla sebagai manusia seutuhnya.

Sedangkan tubuh Ify tetap abadi terbaring di sebuah kotak kaca di salah satu ruangan di istana langit. Setiap hari Rio, ayah, Ibu dan orang2 yang mengenal Ify berdoa untuknya.

Ify……
Jasadnya akan menjadi simbol cinta sejati dan pengorbanan. Cinta, kasih, penantian, kerinduan, sakit hati, dan pengorbanan. Setiap orang yang melihat jasad Ify akan merasakan hawa itu dalam hati mereka.

Cinta sejati tak pernah menyakiti orang yang dicintai walaupun itu menyakitkan bagi dirinya sendiri.
Semoga kau bahagia Cakka….
Hatiku selalu untukmu…
Selamanya……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar