Sabtu, 21 Mei 2011

Segalanya Pasti Berujung (PART 3)

“Mmmmmm…..Alvin….”

Alvin mulai membuka suara…..walaupun baru nada dasar….semoga ada lanjutannya…….

“Alvin takut…..”
Sivia tak mengerti maksud perkataan Alvin.

“Takut apa?” Tanya Sivia perlahan terus berusaha agar Alvin mau terbuka padanya.

“Mmmmm…….Takut kakak benci sama Alvin.”

‘?????? Lah??? Ada hubungannya sama aku?’

“Maksud Alvin gimana sih? Kok kakak belum nyambung ya….”

“Kemaren itu hari ulang tahun Alvin, tapi sampai sore kakak ngga datang. Alvin pikir kakak benci sama Alvin karena Alvin selalu kasar sama kakak. Alvin pikir kakak ga bakal datang lagi. Alvin kira kakak mau ninggalin Alvin.”

Alvin sudah berkaca2, hidungnya juga mulai memerah.

‘Wahhh…..Jadi Alvin takut aku tinggalin? Berarti dia sebenernya sayang dong sama aku?’

“Berarti….Alvin sayang dong sama kakak?”

Alvin hanya diam……air matanya sudah jongkok di garis start. Siap meluncur. Sivia jadi semakin gemes sama dia. Dia pun memeluk Alvin yang sepertinya sudah tak kuat lagi nahan pengen nangis. Wajahnya tampak begitu polos.

“Maafin kakak… kemaren kakak sibuk les jadi baru bisa datang sore. Kakak ga benci kok sama Alvin. Kakak sayaaang banget sama Alvin.” Ucap Sivia sambil terus memeluk adiknya.


“Alvin jahat sama kakak……”

Sivia tak menyahut.

“Alvin selalu bikin kakak kesel, nyuekin kakak, bentak2 kakak…..Alvin bikin kakak susah…..” Kalimat Alvin terdengar seperti bisikan. Dia mengucapkannya perlahan dan dengan nada sedih.

“Kakak ngerti kok. Alvin juga butuh waktu menyesuaikan diri dengan kehadiran kakak. Yang penting sekarang kan Alvin ade’nya kakak. Kakak sayang sama Alvin. Dan kakak pengen Alvin juga sayang sama kakak. Alvin ga boleh canggung2 lagi kalau sama kakak. Alvin boleh minta apa aja.”

Sivia melepas pelukannya lalu memandang wajah adiknya.
“Jangan nangis lagi ya…..”

Alvin mengangguk…….dia mengusap air matanya sendiri dan kembali tertunduk.

“Yaudah……sekarang udah malem. Kakak mau tidur dulu. Alvin kalau masih mau nonton gapapa. Tapi jangan kemaleman tidurnya ya.”

“Alvin tidur aja, Kak…”
“Yaudah…yuk….”

>>>>>>>>>>

Keesokan harinya saat Sivia akan berangkat sekolah Alvin belum bangun. Hari ini Sivia harus berangkat lebih awal karena Kak Gabriel udah nunggu proposal Studi Banding yang diketik oleh Sivia. Akhirnya Sivia berangkat tanpa pamit pada Alvin setelah sebelumnya dia titip pada Bi Oky untuk menemani Alvin.

Di sekolah…..

Sivia berjalan ke ruang OSIS sambil menebar senyum ke semua orang yang ditemuinya entah kenal maupun ngga. Masih terbayang2 ade’ barunya. Maklum, Sivia kan pengen punya saudara udah dari dulu.

Ternyata di ruang OSIS sudah ada Oik dan Kak Gabriel.

“Pagi!!!!!” Sapa Sivia semangat.

“Via….kamu kemana aja sih kemaren? aku sms ga dibales. Kenapa ngga ikut kumpul?” Oik bukannya menjawab sapaannya malah memberondong dengan pertanyaan.

“Tau ni Via. Kemana sih? Perasaan kalau ada kumpul ga pernah dateng.”

“Hehe…..” Sivia malah cengar-cengir.

“Coba tebak……”pancing Sivia sambil meletakkan proposal yang diminta Gabriel.

“Apaan sih?” tanya Oik penasaran. Gabriel memandang Sivia sebentar kemudian kembali menekuni proposal yang diserahkan Sivia.

Sivia semakin senyum2 ga jelas.

“Aku punya ade’ baruuuu!!!!!!” tiba2           Sivia teriak dengan muka sumringah seperti tanpa dosa.

“Hah????” Oik dan Gabriel barengan.

“Maksudnya?” Gabriel yang ga ngerti duduk permasalahan semakin mengernyit mendengar pengakuan Sivia.

“Iya, Kak…..aku udah ngangkat ade’. Namanya Alvin. Anaknya lucu deh…”

“Ooooh…..” Oik yang sudah mengetahui rencana Sivia mengangkat adik mulai paham. Sementara Gabriel masih celingak celinguk ga ngerti.

“Eh,ada yang tau ga ini nomor siapa?” Tiba2 Sivia mengalihkan pembicaraan sambil menunjukkan ponselnya yang berisi sms dari nomor misterius kemaren.

“08*******601?” Gabriel mengeja nomor yang dilihatnya.
Oik dan Gabrial kompak menggeleng.

“Emang kenapa,Vi?”

“Gapapa….penasaran aja….kayaknya anak OSIS……Eh…aku ke kelas dulu ya…..eh,Kak….ntar kalau ada yang salah kasih tau aku ya…maklum masih pemula.” Kata Sivia sambil mengedikkan mata pada Gabriel.

Gabriel memang sudah ga menjabat lagi. Tapi tuh anak doyan banget mangkal di ruang OSIS. Maklum…..Oik, pacarnya Gabriel kan sekarang jadi bendahara umum. Dan Sivia suka nanya2 ke dia tentang OSIS. Termasuk proposal Study banding ini. Sivia minta Gabriel untuk neliti kalau ada yang salah.

“Ok…” Gabriel mengacungkan jempolnya pada Sivia yang sudah sampai di depan pintu.

Sivia masih senyum2 tak jelas di sepanjang perjalanan ke kelas……Tiba2 ponselnya bergetar, ada sms.

From : 08********601
“senyum2 sendiri…..”

Sivia reflek tengok kanan tengok kiri merasa ada yang sedang mengawasi. Dia makin penasaran. Siapa sebenernya orang ini?

>>>>>>>>>>

Sudah hampir 3 minggu Alvin tinggal bersama Sivia. Mama dan papa Sivia sepertinya juga menyukai Alvin walaupun baru melihat dari foto yang dikirim Sivia lewat email dan baru ngobrol dengan Alvin sekali lewat telfon. Mereka percaya Sivia memilih dengan pertimbangan yang tepat. Sivia memang selalu bisa diandalkan.

Alvin sudah mulai banyak tersenyum. Kemarin Sivia terkaget2 karena sepulang sekolah dia melihat Alvin tertawa terbahak-bahak bersama Bi Oky. Dia merasa sangat senang Alvin sudah bisa menyesuaikan diri.

Alvin juga mulai suka jalan2 di sekitar komplek dengan sepeda baru yang dibelikan oleh Sivia. Kadang ia ditemani oleh Pak Joe main basket atau futsal di lapangan komplek. Dia juga mulai mau bercerita pada Sivia tentang teman2 barunya di komplek. Tentang si Ozy yang kerjaannya kemana2 ngemutin batang rumput, tentang Nyopon yang ketawa kalau ngga ditepuk pundaknya ngga bisa berenti, tentang Lintar yang suka surat-suratan sama Nova, dan semua yang ia alami sepanjang hari pasti diceritain pada Sivia.

Tak jarang Alvin ketiduran di kamar Sivia karena menemani kakaknya mengerjakan PR. Walaupun di kamar Alvin ada TV lengkap dengan DVD dan PS, tapi Alvin lebih suka melihat kakaknya komat-kamit menghapal rumus atau menggaruk2 kepalanya saat sedang kesulitan mengerjakan tugas.

Tapi tak jarang juga dia diajak menginap di rumah Ozy yang juga merasa kesepian karena anak tunggal.

Smentar itu Sivia menikmati hari2 barunya sebagai seorang kakak. Terkadang sepulang sekolah dia membawakan coklat untuk Alvin. Minggu lalu Sivia, Alvin, Oik dan Gabriel jalan bareng ke dufan. Alvin tampak sangat menikmati dunia barunya.

Dan si nomor misterius itu benar2 membuat Sivia penasaran setengah mati. Dia bisa melihat apa yang dilakukan Sivia di sekolah. Tapi Sivia sama sekali ga tau itu siapa.

Saat Sivia sedang kesal dan lesu sampai2 jalan sambil nunduk terus, tu nomor misterius juga sms

“Awas nabrak. Muka kok ditekuk begitu.”

Sivia sudah berulang kali menanyakan identitas si pengirim tapi tak ada balasan sama sekali. Tapi Sivia masih tetap yakin dia pasti anak OSIS.

>>>>>>>>>>

Hari ini sekolah Sivia libur karena guru2 ada rapat komite. Sekitar jam setengah 7 pagi Sivia melihat Alvin sudah duduk di teras rumah sambil menatap jalanan komplek yang ramai anak2 akan berangkat sekolah. Alvin menatap mereka dengan tatapan yang seperti……apa ya…..iri mungkin….

Sivia yang melihat Alvin seperti itupun langsung menepuk jidatnya sendiri seakan teringat seseuatu. Dia diam sejenak seperti berpikir, lalu kemudian berjalan mendekati Alvin.

“Vin…..”, kata Sivia sambil duduk di samping adiknya.

“Alvin tampak kaget “Eh, kak Via……”

“Mmmmmm….kakak pengen ngomong sesuatu nih sama Alvin….”

“Apa kak?”

“Kalau minggu depan kakak daftarin Alvin ke SMP gmn?”

Alvin kaget mendengar pertanyaan kakaknya. Dia merasa seperti mendapat durian runtuh. Kakaknya benar2 tau apa yang dia inginkan.

“Mau Kak mau……” Alvin menjawab dengan penuh antusias.

“Kalau begitu senin depan kakak daftarin Alvin ke SMP ya.”
“SMP yang sama kayak Ozy ama Ray aja Kak……Biar ntar Alvin bisa sama2 mereka terus. Lagian ntar disana aku………”

Alvin tidak melanjutkan kata2nya tetapi justru terdiam dan menundukkan wajahnya. Dia merasa terlalu banyak menuntut pada kakaknya. Terus terang masih ada sedikit rasa canggung jika meminta yang tidak2.

“Lagian????” Sivia menanti lanjutan kalimat Alvin.
“Mmmmm….ngga Kak. Soal SMP nya terserah kakak aja.”

Sivia memahami perasaan Alvin yang mungkin tak ingin merepotkan dia.

“Kakak bakal daftarin kamu di sekolah yang sama kayak mereka.”

Alvin sontak mengangkat wajahnya dan tersenyum sangat lebar.
“Yang bener kak?” Alvin seolah tak percaya.

“Iya…..”
Sivia menjawab sambil tersenyum.

Alvin pun tak henti2nya mengucap terima kasih. Sivia senang jika adiknya bahagia.

>>>>>>>>>>

Alvin turun dari mobil dengan perasaan berdebar. Sudah cukup lama dia tidak menghirup udara sekolah. Enam bulan berada di panti asuhan, dia sama sekali tak ada semangat untuk sekolah dan akhirnya dia hanya menghabiskan waktunya di balkon kesayangannya itu. Dan sekarang dia masuk kembali ke SMP.

“Alvin mau kakak anter sampai kelas?”

“Eh, ngga usah Kak…Alvin masuk sendiri aja. Paling ntar juga ketemu sama Ozy sama Ray.” Alvin mencoba meyakinkan Sivia.
“Yaudah kalau begitu kakak tinggal ya. Nanti kalau udah pulang kamu sms pak Joe. Hp Alvin dibawa kan?”
“Iya kak. Alvin masuk dulu ya. Dah Kakak….”

Alvin berjalan semangat menyusuri koridor. Celingukan liat sana liat sini mencari kelasnya.

“Ray bilang….masuk koridor, ada logo SMP terus belok kanan. Kelas pertama di sebelah kanan.” Alvin menggumam sambil terus berjalan. Alvin sekelas dengan Ray,sedangkan Ozy beda kelas.

Di kejauhan tampak Ray melambaikan tangan memanggil Alvin.
“Vin!!!”

“Nah itu dia.” Alvin mempercepat langkahnya menghampiri Ray. Ozy ada di sebelah Ray.

“Wah….akhirnya kita sekolah bareng juga Vin. Bakal seru nih.”
Alvin mengangguk semangat.

“Ntar aku kenalin ke cewekku Vin, namanya Acha.” Ozy ikut senang mnyambut kedatangan Alvin.

Wuuuu….dasar…cewek mulu yang dipikirin.” Ray menjitak kepala Ozy. Ozy cuma nyengir dan Alvin senyum liat tingkah mereka. Dan karena itu pula sepertinya ada yang pingsan di seberang sana. Jiahhh lebay…….maksudnya….ada yang memperhatikan Alvin di kejauhan. Melihat Alvin tersenyum dia juga ikut senyum2 sendiri.

Bel masuk pun berbunyi
“Eh….aku ke kelas dulu ya.” Ozy melambaikan tangan pada dua temannya.

“Eh,Vin,kita tunggu Bu Ira masuk aja ya. Biar ntar kamu sekalian dikenalin.”
“Ok….” Alvin nurut saja.

Tak lama kemudian Bu Ira pun datang dan langsung mengenali Alvin. Kebetulan Bu Ira adalah wali kelas Alvin. Kemaren Sivia sudah bicara langsung pada Bu Ira. Mereka pun masuk ke kelas.

Baru selangkah Alvin memasuki ruang kelas, sudah banyak korban berjatuhan. Hehehe……..lebay.

Lebih tepatnya, para kaum hawa langsung tertusuk panah asmara waktu liat temen barunya ternyata gila2an cakepnya.
Bisik sana bisik sini. Kelas jadi riuh rendah karena bisikan2 para cewek.

“Huaaa…..cakepnya…”
“Buset….manis banget….”
“Wew…..Justin Bieber simpen dulu ah…..yang ini lebih kinclong”
“Gila bling bling cling banget anak baru ntu”

Ada yang cuma melongo sambil matanya ngekor terus kemanapun Alvin pergi. Memandangi sambil senyum2 sendiri dan membayangkan yang tidak2.

Hari pertama Alvin sekolah terasa seperti jumpa fans. Sampai pegal tangan Alvin salaman terus dari tadi. Dan 99,99 persen (kayak iklan) yang ngajak salaman adalah cewek. Dari anak2 satu kelas, dari kelas sebelah, ampe kelas seberang pun kagak mau ketinggalan. Kakak kelas aja ada yang kepincut juga sama senyum menawannya Alvin.

“Muke gile, Bro. Tau gini kamu ga aku suruh sekolah disini. Bisa turun nih pamorku kebalap sama kamu.” Ozy nepuk pundak Alvin keras banget.

“Wuuuuuu dasar Ozy….kayak kamu punya pamor aja. Harga diri aja tinggal dikit apalagi pamor, ngutang dimana, Zy?” ucap Ray sambil ngejitak kepala Ozy.
Bukannya tersinggung si Ozy malah ngakak.

“Tau aja kamu Ray…”

Alvin,Ozy dan Ray pun ketawa bareng. Dan sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan Alvin juga ikut tersenyum melihat Alvin senyum dan ketawa bareng temennya.

>>>>>>>>>>

Sore itu Sivia berniat merevisi proposal yang kemaren dia mintakan pendapat ke Gabriel. Ada kurangnya sedikit. Saat sedang sibuk menekan keyboard komputer tiba2 terdengar teriakan Alvin dari kamarnya disertai suara benda pecah. Sivia langsung bergegas menuju sumber suara. Di kamar Alvin dilihatnya Alvin sedang duduk ngangkang di lantai. Di sampingnya tergeletak kursi dan pecahan2 kaca bertebaran di sekitarnya. Tangan Alvin berdarah karena terkena serpihan kaca.

“Alvin!!!! Kamu kenapa?” Sivia bergegas membantu Alvin bangun dan menuntunnya ke kasur.

“Bi!!!!!”
Bi Oky berjalan tergopoh2 ke kamar Alvin.

“Iya Neng…”
“Tolong ambilin P3K ya Bi…sama ini pecahan kaca tolong diberesin ya. Alvin luka nih.”

“Ya Ampun Den. Iye Den, Iye. sabar ya Den…..Jangan nangis dulu”

‘Yeee siapa juga yang mau nangis’ pikir Alvin.

“Kamu kenapa sih Vin? Kok bisa jatoh sampe ada gelas pecah segala?”
Sivia meniup2 luka di telapak tangan Alvin.

“Tadi Alvin mau naruh buku ini di rak atas, tapi karena ga nyampe yaudah Alvin pake kursi. Pas udah naik, kaki Alvin tiba2 keseleo trus jatuh. Tangan Alvin nyenggol gelas yang ada di meja jadi jatoh juga.” Alvin menjelaskan sambil meringis merasakan luka berdarah di telapak tangannya.

Bi Oky datang membawa kotak P3K, sapu dan pengki. Setelah menyerahkan P3K pada Sivia, Bi Oky langsung membereskan pecahan2 gelas yang berserakan. Sivia mengobati luka Alvin dengan hati2. Setelah selesai, Sivia meninggalkan kamar Alvin dan kembali ke kamarnya sendiri.

Sivia kembali menekuni proposal yang akan dia edit. Terdengar Bunyi Hp. Ada sms masuk.

From: K’ Iel
“Vi,nomor misterius yang kamu tanyain kemaren udah tau punya siapa?”

To : K’ Iel
“Blm. Sapa?”

From : K’ Iel
“Itu nomornya…………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar