Sabtu, 21 Mei 2011

Segalanya Pasti Berujung (PART 7)

“Vin…….”
Sivia tak mendengar apapun. Akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam. Kamar Alvin kosong.

“Alvin???” Sivia masuk ke dalam. Alvin tak ada di manapun. Sivia mulai panik.

“Alvin????”
Terdengar bunyi kran hidup dari kamar mandi.
‘mungkin lagi di kamar mandi kali ya?’

Tok tok tok
“Alvin????” Sivia mengetuk kamar mandi Alvin. Tak ada jawaban dari dalam. Sivia berusaha mengetok lebih keras. Tak juga ada jawaban. Perlahan Sivia memutar handle pintu. Jantungnya berdebar karena panik. Perlahan pintu kamar mandi mulai terbuka.

“Alvin!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Sivia berteriak sekencang2nya melihat adiknya tergeletak bersandar di bak kamar mandi. Lumuran darah segar menempel di dinding tempat kepala Alvin tersandar.

“Mama!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Papa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Sivia menangis sejadi2nya melihat adiknya tergeletak dalam kondisi seperti itu. Bi Oky datang dengan tergopoh2 mendengar teriakan Sivia, disusul Pak Dave dan Bu Winda.

@ rumah sakit

“Sepertinya dia mengalami benturan yang sangat keras di bagian kepalanya. Mungkin dia terpeleset. Kami akan mengadakan pemeriksaan kalau2 Alvin mengalami gegar otak ringan.Kalau dilihat dari lukanya kemungkinan tidak akan terlalu beresiko. Sekarang Alvin baik2 saja.”

“Terima kasih, Dok…” Bu Winda tampak lega mendengar penjelasan dokter. Setelah menemui dokter Danu, Pak Dave dan Bu Winda menyusul Sivia yang sedang menemani Alvin.

“Alvin kenapa, Ma?”
“Alvin gapapa…..dokter bilang resiko benturannya ga akan terlalu parah.”
Sivia sedikit lega mendengar penjelasan Mamanya. Dia menatap wajah adiknya yang sedang tertidur.  Sivia masih shock menemukan Alvin tergeletak di kamar mandi dalam keadaan seperti tadi. Dia masih terus menggenggam tangan Alvin.

“Mama masih pengen disini Pa.”
Besok pagi rencananya mama dan papa Sivia akan kembali ke Sidney. Mereka memang tak bisa lama2 karena pekerjaan sudah menanti.
“Mama sama papa ga usah khawatir. Sivia bakal jagain Alvin kok Ma. Nanti Sivia bakal kabarin mama keadaan Alvin.”
Bu Winda tetap tak puas dengan jawaban Sivia.
“Ma…..” Pak Dave mengelus pundak istrinya. Wajahnya mengisyaratkan agar Bu Winda percaya pada Sivia. Dia selalu bisa diandalkan. Akhirnya Bu Winda pasrah juga.

Malam itu Sivia, Pak Dave dan Bu Winda menginap di RS.

Keesokan harinya Bu Winda dan Pak Dave harus kembali ke Sidney. Saat mereka berangkat Alvin belum sadar. Sebenarnya Bu Winda ingin menunggu Alvin siuman tapi pesawatnya harus segera berangkat. Akhirnya mereka tetap pergi tanpa bisa melihat Alvin membuka mata.

Sivia sudah minta tolong Oik untuk memintakan ijin karena hari ini dia ga masuk sekolah.
Sekitar jam 11 siang akhirnya Alvin sadar juga. Dia meringis merasakan sakit di kepalanya.
“Kak….”
“Alvin….ya ampun Alvin kamu tuh kenapa sih???? Kakak tuh khawatir tau ga sih liat kamu terkapar di kamar mandi.”

“Alvin jatoh kak. Kepala Alvin kepentok pinggiran bak mandi.Alvin cuma pengen cuci tangan doang.”
“Alvin…Alvin……” Sivia mengusap tangan adiknya dengan wajah penuh kekhawatiran.
“mama sama papa?“
“mereka udah balik ke sidney Vin. Mereka titip salam.“
Alvin hanya tersenyum tipis.

Untung diingatkan sama Alvin. Sivia langsung mengabarkan ke mama papanya bahwa Alvin sudah sadar.

Sivia menyuapkan bubur buat Alvin……Badan Alvin masih lemes banget. Tadi dokter Danu juga sudah melihat kondisi Alvin setelah Sivia mengabarkan bahwa Alvin sudah sadar. Dokter menyarankan agar Alvin menginap dulu kurang lebih 5 hari sampai kondisinya pulih.

Sivia dan Bi Oky bergantian menjaga Alvin di rumah sakit. Kondisi Alvin juga berangsur-angsur membaik. Terkadang Sivia ditemani Oik yang datang ke RS sepulang sekolah. Alvin maksa kakaknya untuk ga ninggalin sekolah. Sebenarnya Sivia pengen ga masuk aja. Tapi Alvin bakalan ngambek kalau sampai Sivia bolos sekolah.
Ini hari ketiga Alvin dirawat di RS. Sivia benar2 tak konsen belajar di sekolah. Pikirannya hanya tertuju pada Alvin. Tapi demi adiknya itu akhirnya Sivia memaksakan juga berangkat sekolah. Walaupun akhirnya di sekolah Sivia cuma banyak ngelamun.

Sms dari Rio juga tak pernah dibalas sama Sivia. Dia benar2 sedang ngga mood untuk beromantis-romantisan.

Drrrttt…..drrtttt….(suara getar Hp Sivia yang diletakkan di atas meja). Si empunya Hp ga ngrespon.
“Via…Hp kamu tuh……”
Sivia masih tetap bengong bertopang daku. Dia melirik ke Hp nya tapi tetap ga diapa2in.

“Via,ada sms tuh…….” Oik ga tenang juga lihat sahabatnya bengong terus dari tadi.
Sivia membuka Hp nya ogah2an

From: 08*******711
“Via, sebenarnya aku sudah tau semua tentang kamu. Kamu dekat sama Rio ya? Kalau iya dan dia juga sama menyayangimu, jaga dia dan hormati dia. Karena aku begitu menghormati dia dan begitu menjaganya hingga aku kehilangan dia. Aku ga mau dia sakit hati sedikitpun sama seperti sakit hatiku saat ini. Kalaupun kalian ga dekat, berarti aku salah orang. Tapi kalau iya, aku sudah ikhlas. Jangan kasih tau sms ini ke dia, makasih ya Via sebelumnya.”

Sivia nganga baca sms yang masuk ke Hp nya. Alvin sekejap menghilang dari pikirannya. Sivia benar2 tak habis pikir dengan isi sms itu.

To : 08*******711
“Ini siapa? Seorang wanita kah?”

From : 08*******711
“Iya lah…masa cowo suka cowo”

Sivia langsung sadar. Bodohnya dia nanya kayak gitu. Maklum pikirannya sedang kacau balau mikirin Alvin.

To: 08*******711
“Apa dia tau perasaanmu?”

From : 08*******711
“Dia sangat tau dan sangat mengerti semua yang aku lakukan karena aku begitu menyayanginya. Aku mantannya. Sudah lebih dari 3 tahun kami dekat”

Sivia mulai on fire menanggapi sms itu. Dia mengetik balasan dengan cepat.

To : 08*******711
“Apa aku mengganggu hubungan kalian?”

From: 08*******711
“Menurutmu? Menurutku tidak karena aku sudah kehilangan dia. Dan dia berhak mendapatkan yang lebih baik. Jangan hanya sekedar sms dan chatting aja yang kamu persembahkan buat dia karena apa yang aku lakukan lebih dari sekedar itu. Aku tidak akan ikhlas kalau orang yang menggantikan aku hanya sebatas itu pengorbanannya. Paling tidak harus lebih besar dariku.Aku bahagia dia bahagia walaupun amat sangat cemburu. Aku tidak mau menggangu hubungan kalian. Gak usah dipikirin. Selamat belajar. Semoga sukses. Ingatkan dia untuk belajar. Sebentar lagi dia UN kan? Aku tau betul siapa Rio”

Nah….dari mana nih cewek tau kalau Sivia suka sms dan chatting sama Rio?

To: 08*******711
“mungkin apa yang pernah kamu berikan padanya tak akan pernah bisa aku berikan. Karena memang antara aku dan dia tidak ada hubungan seperti yang pernah kalian jalani.”

From: 08*******711
“Maaf Via kalau mengganggu belajarmu.Ada hubunganpun ga apa2. Sudah ku katakan aku bahagia kalau dia bahagia. Bisa jadi bukan aku yang diinginkan,tapi kamu.Ibuku selalu berpesan padaku untuk menikmati proses kedewasaanku karena ketika tau hasilnya aku akan harus berterima kasih pada orang yang ada dalam proses itu. Bisa jadi aku harus berterimakasih Kepadamu kan? Maaf sebelumnya Via, maaf kalau aku banyak berprasangka padamu.Maaf ya.Aku minta maaf sekali.Tidak usah beritahu dia.Tidak ada ancaman atau larangan juga untukmu kan? terima kasih.“

To: 08*******711
“Maaf? Ngga, aku yang harusnya minta maaf.Kamu pasti sangat menyayanginya.Aku tidak akan bisa memberi apapun untuknya. Seharusnya dia pantas mendapatkan orang yang bisa menyayangi dia seutuhnya seperti kamu”

Sivia sadar bahwa selama ini hubungannya dengan Rio benar2 sangat tidak jelas. Bisa dibilang mereka ga ada hubungan apa2. Tau sendiri kan gimana hubungan mereka?

From: 08*******711
“Itu resiko mencintai.Semangat ya Via. Semoga bisa berprestasi di sekolah. Setelahnya namaku Shilla .Have a nice day”

Sivia benar2 merasakan sesak di dadanya. Apa2an ini. Jadi???? Nomor misterius itu mantannya K’ Rio dan tiba2 sms yang isinya bikin orang nganga kaya begitu. Apa lagi ini????

Shilla tak sms Sivia lagi.
‘Baik banget ni cewek. Pasti dia sayang banget sama K’ Rio. Hhhhh….bisa apa ngga ya aku ngasih kebahagiaan ke K’ Rio?’ Sivia termenung memikirkan kembali HTS nya dengan Rio.

Bel masuk berbunyi. Sivia berusaha menyelesaikan pelajaran sekuat tenaga. Dia ingin segera pulang dan menjenguk Alvin.

Akhirnya bel pulang pun berbunyi.
“Oik, aku pulang dulu ya….mau jenguk Alvin….”
Sivia bersiap melangkah.
“Eh, Vi, aku ikut deh. Pengen liat Alvin juga.”
“Wah…..ayuk…..” Sivia senang Oik mau menemaninya.

@RS

“Alvin udah makan siang?”
“Udah ,Kak, Tadi Bi Oky udah bawain bubur kok.”
Alvin sudah bisa duduk. Bicaranya juga lebih bersemangt daripada kemaren.

“Mbak, Via….”
Saking serunya ngobrol sama Alvin…..Sivia ngga menyadari kalau dokter Danu sudah masuk.
“Eh…Dokter Danu….” Dokter Danu mendekat ke Alvin. Melihat keadaan Alvin lalu tersenyum
“Alvin udah ngerasa enakan?” tanya dokter Danu.
“Iya Dok.”
Dokter Danu melihat ke arah Oik. Oik menganggukkan kepala pada dokter Danu sambil tersenyum.

“Mmmmm mbak Via bisa ikut ke ruangan saya? Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan untuk pemulihan Alvin”
“Oh iya Dok.” Sivia mengikuti langkah dokter Danu menuju ruangannya. Oik dan Bi Oky menemani Alvin.

@ruangan dokter Danu.

“Bagaimana Dok?”
“Berdasarkan hasil pemeriksaan kami, benturan itu tidak berdampak buruk pada kondisi Alvin. Alvin juga tidak mengalami gegar otak ringan. Mungkin besok Alvin sudah bisa menjalani perawatan di rumah saja”
“Syukurlah“ Sivia terlihat lega.
“Mbak Via………”
“Iya Dok?”
“Apa Alvin dari kecil suka sakit2an?”
Sivia yang mendengar perkataan dokter Danu tertegun. Lalu kemudian tersenyum sedikit terpaksa.

“Mmmmmm…..maaf Dok, Alvin itu bukan adik kandung saya. Saya ngangkat dia jadi adik baru beberapa bulan yang lalu.”
Sivia menjawab dengan sedikit tak enak hati. Dokter Danu sedikit kaget mendengar perkataan Sivia.
“Begini Mba Via…..Benturan saat Alvin terpeleset di kamar mandi itu memang tidak menimbulkan efek, tapi dari pemeriksaan kami, kami menemukan ada penyakit langka di dalam syaraf Alvin.”

Deg!!!!!!!!!! Jantung Sivia seakan berhenti sejenak mendengar penuturan dokter Danu. Bayangan penyakit2 mematikan melintas di pikirannya.
“Maksud Dokter?”

“Alvin mengidap penyakit Spinocerebellar Degeneration Disease. Penyakit ini menyebabkan salah satu bagian otak Alvin mengalami penyusutan. Penderita akan mengalami kesulitan dalam beraktivitas. Geraknya akan terganggu.”
Sivia mendengarkan penjelasan Dokter Danu dengan mata berkaca2. Dia tak tau harus berkata apa. Dia teringat kembali saat Alvin terjatuh dari kursi sampai memecahkan gelas, kemudian saat di restaurant Alvin tiba2 ambruk dan menubruk pelayan. Apa semua itu ada hubungannya dengan ini?

“Saya mengatakan ini bukan untuk menakut2i. Saya hanya ingin Mba Via sekeluarga bisa siap dengan kemungkinan terburuk karena penyakit ini……….(dokter Danu menarik napas dalam2, Tak tega juga melihat Sivia yang sekarang sudah benar2 menangis)…..bisa berujung dengan kematian.”

Badan Sivia gemetar. Pikiran buruknya jadi kenyataan. Dia tak bisa lagi menahan gejolak hatinya. Sivia menatap dokter Danu dengan muka putus asa.

“Apa Alvin bisa sembuh Dok?”
Dokter Danu kembali tertunduk menghadapi klien nya.
“Penyakit ini belum ada obatnya Via.”
Sivia merasakan dunianya menyempit. Dokter Danu menjelaskan sedetail mungkin tentang penyakit Alvin. Sivia tak bisa menahan emosinya. Dia sempat membentak Dokter Danu saat Dokter Danu mengatakan bahwa Alvin tak bisa diselamatkan.

 Sivia percaya dengan kekuatan Tuhan. Sivia percaya keajaiban. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini.
 Sivia berlari menuju tempat parkir.
Dengan mata sembab dia mengetik sms pada Oik

To: Oik
“Oik, temuin aku di parkiran sekarang“

Sivia menangis sambil bersandar di mobilnya. Dia benar2 tak kuat menopang tubuhnya sendiri sampai akhirnya dia terduduk bersandar di ban mobilnya. Tak peduli apa pandangan orang melihat dia dalam keadaan seperti itu. Tak lama kemudian Oik datang.
Melihat Sivia terduduk di pelataran parkir, bersandar di mobil dengan muka semrawut sperti itu, Oik langsung berlari menghampiri Sivia.

“Ya Tuhan,,,,Sivia….kamu kenapa?”
Oik mmeluk Sivia yang menangis meraung2 . Orang2 yang lewat mengamati mereka dengan wajah heran.
“Kamu kenapa Sivia???”Oik benar2 panik melihat Sivia seperti itu.

“Alvin Oik Alvin” Sivia berteriak kencang membuat semua orang menengok pada mereka.

Sivia menjelaskan semuanya pada Oik. Oik yang sudah mulai menangkap maksud Sivia tak bisa menahan air matanya. Dia memeluk Sivia yang sudah lemas sambil ikut menangis.

“Kenapa mesti dia Oik???? Kenapa dia??? Aku ga mau kehilangan Alvin!!!!!! Aku ga ikhlas Oik aku ga ikhlas!!!!!!!!!!!!” Sivia semakin kalut terisak di pelukan Oik.

“Sivia….jangan menyalahkan takdir. Kamu ga boleh ngomong kayak gitu.”
 Sivia melepas pelukan Oik dan menatap mata Oik tajam.

“Kamu bisa ngomong gitu karena kamu ga ngrasain!!! Ngomong gampang, Ik? Aku yang ngejalanin. Aku!!!!!!!!!!!” Sivia membentak Oik yang terbengong2. Oik memahami perasaan Sivia. Dia berusaha tak terbawa emosi.

Oik memutuskan membawa Sivia pulang setelah terlebih dahulu sms Alvin.

To: Alvin
“Kak Oik sama Kak Sivia pulang dulu ya Vin. Maaf ga sempet pamit. Ada rapat OSIS mendadak.”

 Dia tak ingin Alvin melihat keadaan kakaknya yang sedang seperti ini. Oik menemani Sivia di rumah sampai larut malam. Sebenarnya dia ingin menginap tapi Sivia bilang dia pengen sendiri.
Rio dari tadi sms Sivia hampir 20 kali. Tak ada satupun yang dibalas. Berkali kali Rio telfon juga tak diangkat. Sivia menatap sms terakhir Rio dengan tatapan mata kosong dan air mata yang masih terus mengalir.

From: K’ Rio
“Via……Kamu kenapa??? Bales dong….angkat telfon aku”

Sivia benar2 shock. Dia tak pernah siap dengan kenyataan ini.
‘Apakah ini alasan ayah Alvin membuang dia?’ Sivia terus memikirkan nasib adiknya yang sungguh malang. Dia sendiri merasa ingin berteriak memaki takdir. Tapi dia selalu ingat pada Tuhan. Dia hanya menangis sepuasnya. Mukanya benar2 berantakan. Kamarnya penuh barang2 berserakan karena Sivia melampiaskan emosi dengan mengacak2 kamarnya. Rambutnya acak2an, wajahnya sudah merah dan berminyak karena terlalu lama menangis.

Hp Sivia bergetar

From: 08*******711
“Via,aku jadi benar2 beban dan merasa bersalah kepada kalian. Maaf…Aku juga tak mungkin kembali sama dia karena terlalu banyak perbedaan.Semoga Tuhan menjodohkan kalian dan berbahagia. Perasaanmu itu anugerah.. Aku bener2 seneng kalau ada orang yang lebih baik dariku menyayanginya. Aku adalah masa lalu baginya. Dan masa lalu tidak ada harganya bagi dia. Dia juga memiliki perasaan suka padamu.Sudahlah hentikan pembahasan sakit dan menyakiti.Intinya aku minta maaf padamu.ga seharusnya kamu mengenalku Via”

Sivia semakin menangis membaca sms itu. ‘Apa ini???? Apa aku menyakiti hati orang lain???’

“AAAAAARRRRRRRGGGGGGGGGHHHHHHHH!!!!!!!!!!” Sivia berteriak sekencang2nya. Dia terus menangis semalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar