Sabtu, 21 Mei 2011

Segalanya Pasti Berujung (PART 6)

Saat sedang asik memainkan Hp nya tiba2 Hp Sivia bergetar. Sms masuk…..
Sivia membukanya dan langsung melongo menatap layar Hpnya….tak percaya dengan apa isi sms itu…..

From: K’ Rio
“Via….”

Sivia mendongakkan kepalanya. Melihat ke arah Rio. Sementara itu Rio malah pura2 tidak memegang Hp. Mukanya juga biasa2 saja. Sivia jadi semakin heran dengan tingkahnya.

To : K’ Rio
“Apaan sih?”

Tak ada balasan dari Rio. Entah dia sudah membuka sms dari Sivia atau belum. Dia tak tampak sedang melihat Hp.

15 menit kemudian Hp Sivia getar lagi.
From: K’ Rio
“Via…..”

Sivia kesal juga dengan sikap Rio yang sangat ngga jelas itu.
To: K’ Rio
“Apa seeeeeeehhhhh??????????? Sini situ doang pake sms segala. Teriak aja kenapa!!!!!!!”

Rio tak tampak sedang membaca sms maupun melihat Hp nya. Sivia dongkol juga lama2.

20 menit kemudian
From : K’ Rio
“Via….”

Kali ini Sivia benar2 kesal dengan sikap Rio. Dasar pengecut!!!!!! Sivia tak membalas sms Rio kali ini. Dia memasukkan Hp nya ke dalam tas lalu mengajak Zahra ngobrol. Zahra yang tiba2 diajak ngobrol sama Sivia kaget juga.

‘Kenapa ni anak jadi cerewet begini?’ pikir Zahra sambil mendengarkan Sivia yang cerewet banget cerita ini itu.

Ini memang acara makrab, tapi kegiatannya ga sampe malem. Cuma jalan2 doang keliling KRB sambil foto2 dan ada beberapa games aja. Di tengah2 kegiatan ada sesi perkenalan juga. Tiap orang harus hapal semua nama dari pengurus OSIS yang baru. Yang ga hapal dapat hukuman. Sivia yang punya daya ingat tinggi lolos dari hukuman. Males juga kalau mesti nyanyi2 kayak orang gila (hukumannya). Apalagi ada Rio. Hhhh……

Dari awal kegiatan sampai kegiatan ini hampir berakhir Sivia dan Rio sama sekali tak mengucapkan sepatah katapun. Padahal mereka kadang jalan berdekatan. Atau papasan dimana gitu. Tapi ya ngga ada yang mau menyapa duluan.

’benar2 ga gentle’ pikir Sivia.

Sementara Rio sejak tadi hampir tiap 30 menit selalu sms Sivia dengan isi yang sama “  Via…..”

Ya cuma gitu doang. Sivia juga ga meduliin sms Rio itu. Inboknya udah penuh dengan sms ga pentingnya Rio tuh.

Sekarang sudah jam 3 sore. Acara sudah ditutup dan sekarang mereka tinggal jalan ke gerbang keluar. Di sepanjang perjalanan mereka masih nyempetin foto2. Sivia jalan berdua bareng Zahra. Mereka berdua sama sama ga narsis jadi ya cuma jalan dan ga ikut foto2.

Terkadang rombongan berhenti sebentar untuk foto di lokasi yang bagus. Sivia dan Zahra ikut berhenti tapi cuma ngliatin mereka berpose tanpa ikut nimbrung.

Sekarang anak2 sedang bergantian berfoto di jembatan gantung (yang warna merah itu lho). Sivia dan Zahra cuma berdiri di pinggir jalan sambil ngliatin tingkah polah anak2.

“Via!”
Seperti ada yang memanggil Sivia. Sivia dan Zahra kompak menengok ke sumber suara.

Ternyata yang memanggil Sivia adalah Rio. Rio sudah bersiap untuk mengambil foto Sivia dengan kemera digitalnya saat Sivia menengok. Tapi Sivia yang terlanjur salting reflek memutar badannya membelakangi Rio sehingga Rio gagal mengambil foto.

Rio masih menunggu Sivia menoleh lagi dengan kamera yang masih pada posisi siap mengambil gambar.

Zahra yang tidak tau bahwa antara Sivia dengan Rio ada apa2 jadi bingung ngliat tingkah Sivia.

“Via….itu K’ Rio mau ambil foto.” Zahra memutar tubuh Sivia agar menghadap ke Rio. Dan Zahra pun ikut berpose.

Sivia masih salting, tapi melihat Zahra yang sudah berpose sedemikian rupa jadi ga enak juga. Ntar malah semakin mencurigakan. Akhirnya Sivia memaksakan senyum seadanya dan Rio pun mengambil gambar mereka berdua. Walaupun akhirnya ntar di crop juga.

 Setelah mengambil gambar, Rio tersenyum pada Sivia. Saat melihat senyum Rio, Sivia merasa semua kesalnya dari mulai berangkat tadi sampai sekarang jadi ilang tak berbekas. Dia seneeeeng banget liat Rio senyum. Benar2 menyejukkan. Pipi Sivia memerah setelah disenyumi Rio. Untung Zahra tak melihat perubahan rona wajah Sivia.

Bis sudah sampai di depan SMASA. Anak2 turun dari bis. Setelah berpamitan semuanyapun bubar menuju rumah masing2.

Di teras rumah Sivia.

Hp Sivia bergetar. Belakangan ini setiap kali Hp nya bergetar, jantung Sivia juga ikut bergetar. Apalagi kalau ada sms dari Rio. Udah mau lompat tu jantung.

From:K’ Rio
“makasih”

To : K’ Rio
“atas?”

From: K’ Rio
“atas, bawah, depan, samping, belakang….yang mana aja deh terserah……”

Sivia ngakak juga baca sms dari Rio.

To: K’ Rio
“Serius…..atas apa?”

From: K’ Rio
“Sudah mewarnai kolom kehidupanku.”

Wuaaaaaa!!!!!!!!!!! Sivia langsung senyum2 ga jelas. Padahal dia masih ada di teras rumah, baru nyampe.
Dia merem melek sambil meringis ketawa ketiwi sendiri.

Saat dia ngebuka matanya, Alvin sudah berdiri terheran2 di depannya. Dahinya berkerut. Tampangnya seperti orang blo’on ngelihat tingkah kakaknya di teras rumah. (Alvin waktu kayak gitu tetep ganteng).

Sivia yang tadi jingkrak2 langsung berubah diam dan berdiri tegak dengan tampang sok cool nya. Dia langsung ngacir ke kamar sebelum Alvin nanya yang ngga ngga.

‘?????????? Itu tadi beneran kak Sivia kan????’
Alvin garuk2 kepala mikirin tingkah kakaknya barusan.

>>>>>>>>>>

Hari Jumat.

Sore ini adalah latihan terakhir sebelum kontes menyanyi yang audisinya akan dilaksanakan besok pagi. Pak Duta membekali murid2nya yang ikut dengan berbagai metode menyanyi dan cara menyiasati suara biar bisa menakhlukkan lagu. Memang tak terlalu mendetail karena masing2 peserta memang latihan secara pribadi. Pak Duta hanya memberi dukungan bagi anak didik di ekskul musiknya. Apalagi ekskul ini kan khusus menyanyi. Ya….biar bisa ikut bangga juga lah kalau ada yang bisa masuk final.

Latihan selesai jam 4 sore. Anak2 sudah pulang duluan sedangkan Alvin harus menunggu Sivia. Kali ini Sivia yang akan menjemput Alvin. Tadi pagi dia menyuruh Alvin untuk membawa baju ganti ke sekolah. Setelah selesai latihan mereka akan langsung pergi belanja untuk audisi besok. Selain itu mereka akan menyambut kedatangn mama dan papa dari sidney.

Sebenarnya ini bukan Hari raya tapi mama sama papa pengen ketemu sama Alvin. Dia kan anak mereka juga, Pengen lah nemuin anak sendiri. Apalagi besok Alvin mau audisi buat lomba nyanyi. Mereka mau support Alvin secara Live.

Alvin menuju toilet untuk ganti baju. Setelah itu dia menuju koridor untuk menunggu Sivia. 5 menit kemudian Sivia dengan Honda Jazz Ungunya sudah nangkring di depan gerbang. Alvin menghampiri mobil kakaknya dan mereka langsung meluncur ke sebuah mall.

“Yang ini aja gimana, Vin?” Sivia menunjukkan kaos lengan panjang motif garis2 dan sebuah rompi putih.

“Aduhhh……Alvin ga ngerti, kak. Bagus semua…..”

“Yah…Alvin gimana sih…..suka yang mana?”

“Semua….”

“Hm!“ Sivia manyun denger jawaban adiknya.

 Sivia kembali memilih2 baju untuk Alvin. Alvin juga mondar mandir kesana kemari sambil megang2 baju tapi kayaknya semuanya dia pegangin dan ga ada yang dia pilih.

“Vin….” Sivia melambaikan tangannya meminta Alvin mendekat.

“Cobain nih….” Sivia menyodorkan satu stel baju.
Alvin memasuki kamar pas dan mencoba baju itu. Tak beberama lama kemudian Alvin keluar.

“Wueeeee…….”
Sivia setengah berlari menghampiri Alvin.

“Ckckck……Rain aja lewat nih…..”

“Hih kakak…..lebay amat. Muka pas pasan begini dibandingin sama Rain.”

Sivia melongo denger kalimat Alvin barusan (penulis juga)
“Vin..Vin…” Sivia cuma geleng2 kepala.
‘Pas-pasan????’

Sivia kembali mengamati penampilan adiknya. Dia sok menata rambut Alvin, dipegang2, ditarik2 trus agak diacak2in dikit (au ah bingung).

Jas putih dengan daleman warna biru ditambah celana warna putih ngepas banget di badan Alvin. Pake baju apa aja emang pas tuh anak.
“Bungkus!!!!!” Sivia mengacungkan jempolnya.

“Udah sono lepas…..” Alvin beranjak ke kamar pas untuk melepas bajunya. Saat dia keluar Sivia menyodorkan satu stel baju lagi pada Alvin.

“Coba yang ini….”

“Lah….buat apaan lagi, Kak?”

“Buat ntar malem ketemu mama sama papa.”

Alvin jadi deg degan denger Sivia nyebut mama sama papa. Gimana ya reaksi mereka kalau ketemu Alvin. Jangan2 ga suka.

Alvin masuk lagi kedalam kemudian tak lama kemudian keluar lagi.
Alvin pakai jaket warna merah plus celana putih (yang dipake pas nyanyi Ku Takkan Bisa).

“No Comment”
“Lho kenapa Kak? Jelek ya?”
“Bukan…..no comment…..capek dari tadi bilang kamu ganteng. Pake apa aja cocok lah kamu itu. Ih….lutuna ade’ku ini.” Sivia mencubit pipi Alvin gemas.

“Ih…kakak apaan sih….Alvin kan udah gedhe.”
Sivia cuma nyengir adiknya protes.

Malamnya di rumah Sivia.
“Oke Pa, ati2 ya Pa….”
Sivia menutup telfon dan segera berlari ke depan.

“Pak Joe!!!!!”
Sivia melambaikan tangan pada sopirnya.

“Iya Neng….”

“Jemput mama sama papa di bandara ya…..Mereka udah nyampe…….”

“Iya Neng….”
Pak Joe segera tancap gas menuju bandara yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah. Sedangkan Sivia bergegas ke kamar Alvin.

“Vin….”
Sivia langsung membuka kamar Alvin tanpa mengetuk pintu.

“Huaaaaaaa kakaaaaaaaaaaaaaakkkk!!!!!!!!!” Alvin teriak sambil menutupi badannya dengan baju yang akan dipakainya.

“Eh…maap maap…” Sivia langsung mundur keluar dari kamar Alvin dan menutup pintu dengan keras. Sivia menunggu Alvin di balik pintu sambil ketawa cekikikan inget ekspresi Alvin waktu tereak tadi.

Tak berapa lama kemudian Alvin membuka pintu dengan sudah memakai pakaian lengkap. Cuma mukanya agak manyun ke Sivia. Sivia yang liat muka Alvin langsung ketawa ngakak.

“Ih….kakak ini…..Alvin kan malu.”

“Iya..iya maaf….Kakak terlalu bersemangat.” kata Sivia sambil terus nahan ketawa. “Eh….rambutnya kok masih berantakan? Sini Kakak dandanin….”

Sivia menarik Alvin masuk lagi ke dalam kamar. Didudukkannya Alvin di depan kaca. Sivia mengambil sisir dan mulai menata rambut Alvin seperti hair stylist terkenal. Sisir sana sisir sini…..Acak sana acak sini……(bayangin ndiri ya. Cakep dah pokoknya).

“Nah…..sip. Yuk turun. Bentar lagi mama papa nyampe.” Sivia mendahului jalan keluar sedangkan Alvin belum beranjak dari duduknya.

“Loh…ayo….kok malah bengong?”

“Alvin takut kak….”
Sivia balik lagi dan narik tangan Alvin.

“Udah ga usah takut. Mereka baik kok. Mama sama papa pasti sayang juga sama Alvin. Lagian kan ada kakak….ayolah…..”

Alvin menuruti langkah kakaknya. Mereka menunggu di ruang tamu. Tak lama kemudian terdengar suara mobil memasuki halaman. Sivia segera berlari ke teras rumah. Alvin mengikut perlahan di belakangnya.

“ Mah,,, Pah….” Sivia menyambut kedatangan mama dan papanya dan langsung memeluk mereka.

“Sivia….”
Bu Winda memeluk putrinya dengan sayang. Begitu juga dengan Pak Dave. Alvin malah berdiri mematung agak jauh dari mereka.

Bu Winda menangkap sosok Alvin yang berdiri mematung dengan muka seperti sedang nunggu hasil ujian. Bu Winda mengernyitkan dahi. Sivia yang menyadari ekspresi mamanya langsung menggajak Alvin mendekat dan membawanya ke hadapan Bu Winda.

Bu Winda tak berkata apapun. Dahinya masih berkerut menatap wajah Alvin.
Dan seulas semyumpun meluncur dari bibir Bu Winda.

“Ya ampuuun…..ganteng sekali kamu Nak……Lebih ganteng dari yang difoto.”
Alvin mencium tangan Bu Winda dan Pak Dave. Bu Winda sepertinya menyukai Alvin. Dia memeluk Alvin yang masih sedikit gemetar dengan penuh kasih sayang. Begitu juga Pak Dave.

“Masuk yuk Mah…Pah…”

Alvin masih gemetar walaupun mama dan papanya memberikan respon yang baik. Malam itu mereka menghabiskan waktu bersama untuk makan malam dan ngobrol sambil nonton TV. Bu Winda menanyakan tentang sekolah Alvin dan tak ketinggalan tentang audisi lomba menyanyi besok. Alvin belum mau banyak bicara. Sivia duduk di samping Alvin, memberikan dukungan pada adiknya itu karena dia tau betul pasti sekarang Alvin sedang ga karu2an perasaannya.

Jam 10 malam Alvin sudah pergi tidur. Dia kan harus mempersiapkan fisiknya juga untuk audisi besok. Sedangkan Sivia malah begadang bersama mama dan papanya. Maklum mereka lama tak bertemu.

“Alvin pinter ya.” Bu Winda memuji putra angkatnya itu.

“Iya, Ma…..Rajin banget dia. Tapi anaknya pemalu banget. Irit banget kalau ngomong.”

“Ganteng lagi. Lumayan lah ada yang mirip sama papa.” Pak Dave nyeletuk di tengah pembicaraan mengenai Alvin.

“Ih….papa…..” Bu Winda menyentil pundak Pak Dave.
Mereka ngobrol sampai jam 2 pagi.

>>>>>>>>>>

“Selamat pagi hadirin yang berbahagia….bla bla bla…”

Alvin duduk manis bersama Sivia, Pak Dave dan Bu Winda. Mukanya tampak tegang. Nunduk terus sambil komat kamit ga jelas, gatau lagi ngomong apaan.

Alvin dapat undian Nomor 3. Sekarang peserta nomor satu sedang melantunkan lagunya Peterpan Yang Kisah Cintaku. Suaranya merdu dan powerfull. Alvin makin deg degan mendengarnya. Tangan kanannya mengepal erat2 menahan debar jantungnya.

Sivia menangkap kegundahan di hati Alvin. Dia menggenggam tangan Alvin dan membisikkan sesuatu.
“Alvin pasti bisa. Kakak sayang Alvin.”

Alvin tersenyum pada Sivia. Tangannya dingin sekali.

“Marilah kita sambut peserta nomor 3, Alvin Jonathan Sindunata!!!”

Derai tepuk tangan penonton mengiringi langkah Alvin menuju panggung. Bu Winda tepuk tangan semangat sekali, sedangkan Pak Dave siap dengan kamera digitalnya. Sivia justru sibuk komat kamit berdoa demi adiknya.

Alvin mengambil napas dalam dalam berusaha meredam debar jantungnya agar tak mempengaruhi suaranya.
Musik mulai mengalun dan…….

Sedalam yang pernah kurasa
Hasratku hanyalah untukmu
Terukir manis
dalam renunganku
Jiwamu jiwaku menyatu

Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih di hatiku

Kucurahkan isi jiwaku
Hanya padamu
dalam air itu
Kau bawa slamanya diriku

Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih di hatiku

Tepuk tangan penonton riuh rendah mengiringi Alvin turun dari panggung. Sesampai di tempat duduk, Bu Winda dan Pak Dave langsung memuji penampilan Alvin. Sivia memeluk adiknya yang masih tampak deg degan.

“Alvin bagus banget” Sivia mengacungkan jempol pada adiknya.

Alvin akhirnya bisa tersenyum lega setelah tampil.
18 peserta sudah tampil. Alvin klenger juga nunggu hampir 3 jam. Dan sekarang saatnya pengumuman.

Kali ini Alvin ga sedeg-degan saat nyanyi tadi. Dia terima saja apapun keputusan juri. Dia menanti pengumuman di atas panggung dengan senyum manisnya. Dan otomatis para wanita yang lagi nonton, terutama temen2 Alvin jadi ga kedip ngliatin Alvin senyum di atas panggung.

Di antara penonton yang menanti dengan berdebar2, ada seseorang yang menundukkan wajahnya kusyuk memanjatkan doa. Dia berharap Alvin bisa lolos. Dia berdoa dengan sepenuh hatinya.

Pembawa Acara naik ke atas panggung membawa daftar nama siapa saja yang lolos ke babak 3 besar.

“Hadirin yang berbahagia……peserta yang berhasil lolos ke babak 3 besar dan akan tampil di malam puncak perayaan HUT SMP Adi Wiyata adalah……”

Semua penonton berdebar2 terutama orang tua yang anaknya mengikuti audisi ini.
Bu Winda, Pak Dave dan Sivia menatap Alvin yang tetap tersenyum dengan harap harap cemas.

“Adalah………..Ray………”
Keluarga dan pendukung Ray bersorak mendengar jagoannya disebut.

“…….Keke………”
Pendukung Keke bersorak.

“ dan………Alvin!!!!!!!!”
Sivia sontak melonjak mendengar nama adiknya disebut. Bu Winda dan Pak Dave mengelus dada lega. Alvin berpelukan dengan Ray diatas panggung. Senangnya mereka sama-sama masuk 3 besar.

Di tengah kebahagiaan Alvin ternyata ada yang merasa tidak suka. Ada seseorang yang memandang sinis pada Alvin. Dia menatap Alvin dengan penuh kebencian.

Berbeda lagi dengan seseorang di barisan belakang penonton. Dia sedari tadi komat kamit mendokan Alvin. Begitu nama Alvin disebut, dia tersenyum bahagia. Ditatapnya Alvin yang sedang menerima ucapan selamat di atas panggung dengan hati yang amat bahagia. Dia senang melihat Alvin bahagia.

>>>>>>>>>>

Malam harinya  Sivia sekeluarga berencana akan makan di restaurant. Itung2 perayaan Alvin yang masuk 3 besar.

Tadi siang sepulang dari audisi inbox Hp Alvin penuh dengan ucapan selamat. Ada yang ngasih kado juga. Ada yang langsung datang ke rumah. Dan yang bikin Alvin geli, tadi dia diciumin sama anak2 cewek dari kelas sebelah. Buseet…….Alvin ditarik2 sampe mau lepas tuh jasnya. Untung ada Ozy yang tadi ikut nonton langsung ngehalangin cewek2 itu biar ga tambah buas.

“Dasar ganjen amat sih lo pada… Sini ciumin abang Ozy aja….” kata Ozy sambil menyodorkan pipinya ke anak2 cewek yang ngerumunin Alvin. Pastinya kagak ada yang nanggepin banyolannya si Ozy. Ditambah lagi si Acha langsung ngejewer telinga Ozy dan menyeretnya keluar.

Sepanjang perjalanan pulang Alvin ngusap2 pipinya terus.
Sivia ga bisa nahan ketawa liat muka adiknya udah kusut gitu. Sepanjang perjalanan Sivia ngakak sampai perutnya sakit.

“Wah….pipimu udah ga perawan tuh Vin.”
Alvin yang dari tadi cemberut makin manyun diledek sama kakaknya. Alvin benar2 terlihat berantakan. Gila amat tuh cewek pada.

Pak Dave dan Bu Winda udah nunggu di teras rumah. Sivia berlari2 kecil menyusul mereka.
“Udah Siap?”

“Sip Ma.”

“Alvin mana?” tanya Pak Dave.

“tadi udah Sivia panggil kok Pah. Paling bentar lagi turun.”
Mereka menunggu Alvin di dalam mobil.
Sivia asik sms an sama Rio

From : K’ Rio
“Kalah ni aku…..”

To: K’ Rio
“ :D Dasar!!!! Mau juga kayak gitu?”

From : K’ Rio
“Iyalah….siapa sih yang ga mau dikerumunin sama cewek cewek. Enak tuh jadi Alvin.”

Sivia baca sms terakhir Rio sambil manyun.
Tiba2 Hp nya bergetar tapi kali ini bukan sms dari Rio.
Sebuah nomor baru telfon. Saat Sivia akan mengangkatnya, panggilan terhenti. Sivia pun mengirim sms pada nomor itu.

To : 08*******711
“Siapa ya?”

From : 08*******711
“De’ Via?”

To : 08******711
“Iya. Ini siapa?”

From : 08*******711
“Salam kenal aja ya De‘. Suatu saat nanti kamu akan tau.”

Nah lo…..jawabannya bikin orang makin penasaran aja. Apa lagi ini? Siapa pula ini? Secret admirer lagi?

“Kok lama ya, Via?” Mama Sivia membuyarkan lamunan Sivia yang memikirkan nomor misterius itu.
Sudah hampir 10 menit mereka menunggu tapi Alvin ga turun juga.

“Susul gih….” Mama Alvin menyuruh Sivia memanggil Alvin. Sivia bergegas menuju kamar Alvin. Dia melupakan nomor misterius itu.

‘tuh anak ngapain sih…….ganjen amat dandan aja lama banget. Kagak usah dandan juga udah cakep lo tu Vin. Bangun tidur langsung manggung juga ngga ada yang protes. :D’

Tok tok tok…. Sivia mengetuk pintu Alvin. Dia ga mau diteriakin lagi kaya kemaren.

“Vin…..lama amat sih……..”
Tak ada jawaban dari dalam.

“Vin…….”
Sivia tak mendengar apapun. Akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam. Kamar Alvin kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar