Saat sedang berjalan melewati ruang kelas yang kebanyakan sudah tak berpenghuni alias kosong, tiba2 Alvin mendengar sesuatu yang bersumber dari ruang di sebelah studio musik. Alvin menghentikan langkahnya dan menajamkan pendengarannya berusaha mendengar lebih jelas suara apa itu.
Perlahan Alvin berjalan menuju sumber suara sambil terus menajamkan pendengarannya. Langkahnya menuju ke samping kanan kelas musik tempat dia belajar tadi. Alvin berhenti di depan pintu….
Ruang Kesenian.
Alvin nenatap apa yang ada di dalamnya lekat-lekat. Sosok itu sedang berdiri di atas panggung ruangan itu, tepat di tengah2. Hanya dia yang ada di ruangan itu. Gadis itu berdiri tegap. Dia sedang memainkan biola sambil memejamkan matanya.
Alunan musik slow yang merdu dibawakan dengan sempurna olehnya. Alvin memandang gadis itu dengan takjub. Dia mengagumi permainan biolanya. Alvin berdiri mematung di depan pintu.
Gadis itu selesai memainkan lagunya kemudian membungkuk seolah2 di hadapannya ada penonton. Saat dia sedang turun dari panggung, dia menyadari kehadiran Alvin yang masih berdiri di depan pintu. Alvin tau cewek itu sudah menyadari kedatangannya tapi dia sama sekali tak beranjak. Saat pandangan mereka bertemu, Alvin melemplar senyum pada gadis itu,dan gadis itupun tersenyum pada Alvin. Manis sekali.
Alvin masih tetap berdiri di depan pintu. Gadis itu membereskan perlengkapannya lalu berjalan keluar ke arah Alvin berdiri.
Sesampai di depan pintu….
“Hai….” cewek itu menyapa Alvin terlebih dahulu.
“Hai. Bagus.” Alvin menjawab tanpa basa basi dengan gaya yang masih tetap cool.
Gadis itu tersenyum.”kamu ngapain berdiri disini?”
“dengerin kamu main biola” Alvin blak2an aja sama tuh cewek.
“Nama kamu siapa?” kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya untuk mengajak salaman.
“Alvin.” Alvin balas menjabat tangannya.
“Aku Ify.”
“Mau pulang?” tanya Alvin.
“Iya…” Ify masih tetap tersenyum.
“Yaudah….barengan aja ke gerbangnya.”
Ify mengangguk dan merekapun berjalan menuju gerbang. Ify adalah anak ekskul musik juga tapi dia ngambil khusus biola, sedangkan Alvin ngambil khusus nyanyi. Ify adalah anak 7-C. Beda kelas sama Alvin,dia 7-A. Tadi Ify sedang latihan untuk pementasan minggu depan. Dia akan bermain biola di acara pembukaan HUT SMP mereka.
Baru pertama bertemu, Ify dan Alvin bisa nyambung juga saat ngobrol. Ify orangnya memang ramah. Dia selalu berusaha untuk membuat lawan bicaranya merasa nyaman dengannya, sedangkan Alvin, sebenarnya dia susah ngomong sama orang yang baru dikenalnya, tapi kali ini dia terpancing juga dengan Ify. Walaupun dia ngomongnya juga tetep ngirit.
Mereka berpisah di pintu gerbang. Ify naik angkot . Sebenarnya tadi Alvin menawarkan untuk mengantarkan Ify ,tapi Ify menolak. Rumah mereka memang beda arah sih.
>>>>>>>>>>
Siang itu Sivia ada kumpul OSIS.
“Oik, Ke kantin yuk.” Sivia bersiap berdiri setelah membereskan tasnya.
“aku mau pulang aja,….” Oik menjawab ajakan Sivia dengan muka lesu.
Sivia yang sudah mau berdiri mengurungkan niatnya dan duduk kembali di samping Oik.
“Kita kan ada kumpul OSIS.kamu kenapa sih? Dari tadi pagi nih ya, mukamu tuh ketekuk mulu. Kagak ada senyum2nya. Sakit?” Sivia khawatir dengan Oik yang sejak pagi tadi keliatan lemes. Ga cerewet kayak biasanya, banyak ngelamun, diajakin ke kantin ga mau.
Oik hanya diam. Matanya berkaca2.
“Lah kok nangis? Kamu kenapa sih? Jangan bikin orang khawatir dong.”
Sivia memegang bahu Oik lalu memutar badan Oik sampai menghadap padanya.
“Oik, kalau kamu masih nganggep aku sahabat kamu cerita dong kalau ada masalah.” Sivia berusaha meyakinkan Oik yang sekarang sudah benar2 menangis.
Oik memeluk Sivia yang semakin parah nangisnya.
“K’ Iel suka sama cewek lain…..” Oik ngomong setengah berteriak dengan suara seraknya.
“Hah?????” Sivia ga kalah kagetnya.
Sivia melepas pelukan Oik lalu menatap tajam mata Oik yang sembab.
“Maksud kamu apa sih? Bukannya kemaren kalian masih baik2 aja?”
Sivia heran karena memang kemaren mereka masih ke kantin bareng. Nah sekarang malah Oik nangis2 sambil bilang Gabriel suka sama cewek lain.
“Kemaren aku liat K’ Iel sama Agni berduaan di cafe. Aku nguping pembicaraan mereka……K’ Iel suka sama Agni, Vi…..” suara Oik semakin bergetar karena menagis.
“Wah….parah tu orang!!!!!!!” Sivia jadi ikut emosi mendengar penjelasan Oik. “Apaan coba maksudnya. Berani2nya nyakitin sahabat aku!!!!!!” Sivia malah teriak2 ga jelas di depan Oik. “Gimana ceritanya sih, Ik?”
Oik pun menjelaskan kronologis kejadiannya. Dia menceritakan semua apa yang di didengarnya di cafe itu sambil terus menangis. Dan karena mendengar cerita Oik itu Sivia jadi tidak makan siang. Setelah Oik pulang Sivia langsung ke ruang OSIS karena waktunya udah mepet.
Dayat (ketua OSIS yang baru) mengumumkan bahwa akan diadakan makrab bagi pengurus OSIS yang baru. Acaranya diadakan di Kebun Raya Bogor hari minggu ini.
>>>>>>>>>>
Hari ini Sivia mengajak Alvin makan di luar. Sivia sudah berpesan pada Bi Oky ngga perlu masak buat ntar malem. Sivia pengen ngajak Alvin jalan2 karena hari ini nilai ulangan matematika Alvin dapat 100. Alvin memang anak yang pintar. Dia emang ga terlalu suka main. Bisa dihitung pake jari berapa kali dia nyentuh PS nya. Dia juga ga terlalu minat sama Hp. Jarang banget maen Twitter, face book, dan lain semacamnya, Dia lebih suka buku. Dan hebatnya lagi, buku yang dia suka ya buku pelajaran.
Alvin memang anak yang tertutup. Dia bisa menghabiskan waktu berjam2 hanya untuk membaca buku. Pendiam dan pemalu. Kalau misalnya disuruh menggambarkan sifat Alvin dalam satu kata, mungkin yang paling cocok adalah ’cool’.
Tapi Sivia senang juga nilai Alvin di sekolah bagus2. Sivia memang sering menanyakan tentang nilai ulangan Alvin. Dan rata2 memang diatas 90. Mana pernah dia dapat nilai rendah. Benar2 kakak adik yang sehati. Sama2 pinter.
“Mau makan dimana ni, Vin?”
Kali ini Sivia menyetir mobilnya sendiri.
“Terserah yang bayarin aja lah.” Sivia tersenyum mendengar jawaban adiknya.
Sivia memarkir mobilnya di depan sebuah restaurant khusus masakan Korea. Kayaknya pas banget nih sama mukanya Alvin. :D
Mereka mengambil tempat di dekat kolam kecil di pojok ruangan. Sivia memesankan makanan untuknya dan Alvin. Tak beberapa lama pesanan mereka datang. Berbagai macam makanan yang berbau2 korea (kagak ngarti juga tuh baunya kaya gimana) sekarang sudah terhidang di meja. Mreka menikmati makan malam sambil ngobrol tentang nilai ulangan Alvin. Alvin juga menceritakan tentang teman2nya yang suka nyontek sama dia. Tapi Alvin dengan tegas menolak. Awalnya memang mereka agak gimana gitu ke Alvin, tapi lama kelamaan mereka mulai paham dan mengerti prinsipnya Alvin. Sivia suka itu.
“Kak….Alvin ke toilet dulu ya.”
Sivia mengangguk kerena mulutnya juga masih mengunyah makanan. Ia menunggu Alvin sambil menikmati alunan musik korea yang dilantunkan band restaurant itu.
Prang!!!!!!!! (anggap aja suara piring pecah)
Sivia sontak menghentikan makannya dan menoleh ke sumber suara. Seorang pelayan restaurant memunguti serpihan piring yang berserakan di lantai. Orang2 memperhatikan pelayan itu dan…..
“Alvin?”
Sivia segera berlari ke arah TKP. Alvin jatuh terduduk di samping pelayan restaurant yang memunguti pecahan piring itu sambil terus minta maaf.
“Maaf pak maaf saya ngga sengaja.”
Pelayan itu hanya diam sambil terus memunguti pecahan piring. Orang2 juga tak ada yang mau membantu Alvin berdiri. Alvin duduk sambil memegang kakinya. Sivia berjalan tergesa2 ke arah Alvin.
“Vin….”
“Kak….” Alvin menatap kakaknya takut. “Maaf kak Alvin ga sengaja.”
“Yaudah….ayo bangun.” Sivia membantu adiknya bangun. Dia menuntun Alvin kembali ke mejanya. Lalu Sivia menemui pelayan restaurant yang tadi ditubruk sama Alvin dan memberi ganti rugi. Setelah itu Sivia juga meminta bon atas makanan yang dipesannya. Setelah membereskan semuanya Sivia mengajak Alvin pulang.
Di mobil
“Kamu kenapa sih Vin?”
Alvin masih menunduk, takut Sivia akan memarahinya.
“Maaf kak…..Alvin ga sengaja…..” kata Alvin dengan muka memelas.
“Iya gapapa….kakak ga marah kok. Kakak cuma nanya tadi Alvin kenapa kok bisa sampai nubruk pelayan itu?”
“Alvin ga sengaja kak. Tadi Alvin cuma jalan biasa aja.Trus kaki Alvin keseleo. Alvin langsung ambruk aja dan disamping Alvin ada mas2 yang lagi bawa nampan tadi. Alvin beneran ga senagaja , Kak…..”
Sivia mengusap rambut Alvin dengan tangan kirinya sambil terus menyetir.
“Yaudah…..tapi kamu gapapa kan???”
“Iya gapapa…..” Alvin kembali tertunduk, merasa bersalah atas kejadian tadi.
“Udah jangan cemberut. Muka gantengnya ilang lho….” (padahal mau Alvin cemberut kayak gimana juga tetep ganteng :D).
Alvin tersenyum mendengar candaan kakaknya.
>>>>>>>>>>
Pagi ini Sivia datang lebih pagi karena harus piket. Dia piket tiap hari senin. Tugasnya sudah selesai dan sekarang dia lagi sibuk chattingan sama Rio lewat e-buddy.
Mereka makin dekat saja. Dan anehnya mereka jarang sekali ketemu. Kalaupun ketemu ya dalam suasana yang sperti kemaren itu. Tapi mereka klop banget kalau urusan chatting, sms, fb an atau telfon. Bisa ampe berjam2.
Sivia mengakhiri chat nya saat melihat Oik datang dengan muka cemberut dan mata yang bengkak seperti habis menangis semalaman.
“Oik, kamu kenapa??” Sivia menyambut kedatangan Oik yang langsung memeluk Sivia. Oik nangis sesenggukan tak peduli anak2 lain memperhatikan mereka. Sivia membiarkan Oik menangis sampai dia mau cerita.
“Aku putus sama K’ Iel….”
“Hah?????” Sivia kaget mendengar kalimat Oik. Mereka pacaran udah hampir 2 tahun dan selama ini hepi2 aja. Oik baru curhat ke dia tentang Gabriel yang suka sama Agni hari Jumat kemaren dan hari ini Oik bilang mereka putus.
Tangis Oik terputus saat bel Upacara berbunyi. Melihat mata Oik yang bengkak Sivia jadi tak tega. Dia menyarankan agar Oik di UKS saja. Sivia minta ijin pada guru piket. Akhirnya mereka berdua diam saja di UKS sementara yang lain upacara. Oik menceritakan semuanya pada Sivia.
“Aku udah nanya sama K’ Iel tentang Agni.”
“Trus?” Sivia mendengarkan Oik dengan muka penasaran abis.
“Dia ngaku.”
‘Buset….tu anak gentle juga mau ngaku sama Oik.’
“Tapi dia bilang dia masih sayang sama aku. Dia ga mau putus dari aku.”
‘Tuh anak mikir ngga sih. Kemaruk amat mau dua2nya.’ Sivia hanya membatin karena tak ingin menyela curhatan Oik.
“Dia sayang sama Agni…….dan dia seneng kalau deket sama Agni….”
“K’ Iel ngomong gitu???”
Oik mengangguk.
Sivia geleng2 keheranan dengan sikap Iel. Apaan ngomong kayak gitu ke Oik. Blak2 an sih boleh. Tapi kok ya ampe segitunya sih. Ngga mikir apa perasaan Oik gimana kalau denger kayak gitu.
“Aku yang mutusin dia……Sebenarnya dia minta aku buat ga mutusin dia. Dia bakal nglepas Agni demi aku.”
“Kamu masih sayang banget sama dia?”
“Aku rela mati demi dia…..”
“Hush!!!!!!” Sivia yang mendengar jawaban Oik langsung melototi Oik
“Apaan sih, Ik. Ga segitunya juga kali.”
Oik hanya diam sambil terus menangis.
“Kamu tetep mutusin dia?”
Oik mengangguk.
“Kan kamu masih sayang banget sama dia, dia juga bilang dia rela nglepas Agni demi kamu, kenapa kamu tetep mutusin?”
“Aku tau dia sayang banget sama Agni,Vi. Walaupun dia bilang kayak gitu, aku tau dia pasti sakit banget nglepas Agni. Aku ga mau dia sedih.”
Sivia mengernyitkan dahi.
“Aku bahagia kalau dia bahagia.”
“Apa?” Sivia menatap tak percaya pada Oik. Oik masih treus menangis dan Sivia hanya bias menenangkan dia seadanya.
>>>>>>>>>>
Sudah beberapa hari ini wajah Oik murung terus. Dia seperti tak semangat menjalani hidup. Dan puncaknya hari ini dia tak masuk sekolah karena sakit. Sepulang sekolah Sivia memutuskan untuk menjenguk Oik di rumahnya. Saat akan berjalan ke gerbang sekolah Sivia melihat Gabriel dan Agni sedang boncengan motor sambil ngobrol2 bahagia.
Sivia yang melihat itu cuma bisa nahan emosi. Dia ga menyangka Gabriel yang selama ini baik ternyata bisa berbuat seperti itu pada Oik.
“Dasar serigala berbulu domba!!!!!!!!” Sivia berteriak ke arah motor Gabriel yang sudah menjauh. Mereka memang tak mendengarnya, tapi anak2 yang lain langsung menoleh pada Sivia dan mentap dengan tatapan aneh. Sivia langsung ngacir menyadari bahwa dirinya jadi pusat perhatian.
Di rumah Oik, ternyata Oik masih menangisi Gabriel. Sivia jadi tak tahan juga melihat sahabatnya seperti itu.
“Kamu tuh munafik…”
Jdaaaarrrrrr…..Apa maksud Sivia berkata seperti itu pada Oik yang sedang sesenggukan. Oik menatap Sivia dengan pandangan tak percaya.
“Aku bahagia kalau dia bahagia“(Sivia menirukan gaya Oik saat mengucapkannya.
“Bahagia apanya……yang ada dia bahagia kamu merana. Dia enak2an ketawa ketiwi sama Agni sementara kamu disini nangis ampe mata kamu bengkak kaya gitu. Bahagia apanya, Ik????” Sivia terbawa emosi.
Oik semakin menangis mendengar perkataan sahabatnya itu.
“Dari dulu aku ga pernah percaya sama kalimat itu. Aku bahagia jika kau bahagia. Gombal! Kalau ga ikhlas ya bilang aja ngga ikhlas. Pake sok bijak segala. Akhirnya kayak gini kan….” Oik melongo melihat Sivia ngomel2 seperti itu. Tangisnya semakin menjadi2 . Sivia jadi merasa bersalah juga sudah bentak2 Oik seperti itu. Tapi Oik sadar memang ada benarnya juga apa yang dikatakan Sivia. Dia tidak marah pada Sivia.
>>>>>>>>>>
Malam harinya di kamar Sivia
Mario> Terus?
Sivia> Yaudah…..malah aku yang ngomel2 ke Oik. Ah…..kebawa emosi sih
Mario> wkwkwk…..dasar……
Sivia> Habisnya aku kesel banget. Aku ga pernah percaya sama yang namanya “aku bahagia kalau kau bahagia” munafik!
Mario> jangan gitu…..ada kali yang bener2 ikhlas
Sivia> L
Mario> Udah….jangan manyun gitu. Ilang lho cantiknya.
Sivia dan Rio saling curhat2an. Dan seperti biasa sampai berjam2.
>>>>>>>>>>
Hari sabtu,saatnya makrab OSIS.
Sivia datang kepagian. Dia terlalu bersemangat untuk kegiatan ini. Selama ini dia belum pernah ikut ngumpul sama anak2 OSIS yang baru, jadi kali ini dia pengen nglewatin acara ini dengan sungguh2.
Di ruang OSIS sudah tampak kerumunan anak2. Sivia ingin menyapa tapi mengurungkan niatnya karena ternyata kerumunan itu adalah anak2 mantan pengurus OSIS yang baru lengser.
“Lah…kenapa ada mereka?” Sivia bergumam heran.
“Hai Via…..” Sapa kak Dea…mantan bendahara bidang 7.
Gabriel yang mendengar nama Via langsung menatap Via dengan tatapan aneh. Sivia menatap sinis pada Gabriel. Dan Gabriel langsung beranjak dari duduknya masuk ke ruang OSIS.
“Hai kak…..” Balas Sivia pada Dea. “Kok ada kakak2 juga? Bukannya……”
“hehe….” Dea malah nyengir. “Begitu denger ada makrab anak2 langsung pengen ikut tuh. Tenang aja….kita biaya sendiri kok. Cuma pengen lebih deket sama kalian aja. Lagian aku ga pernah liat kamu ikut ngumpul2, pasti ga terlalu kenal kan sama kita2?”
Sivia cuma nyengir. Sadar kalau dia jarang ikut ngumpul.
“Hai,De….”
Dea langsung menoleh ke sumber suara, begitu juga dengan Sivia.
‘K’ Rio????’ pikiran Sivia jadi tak karu2an melihat Rio sekarang berdiri tak jauh dari tempatnya.
‘mampus……ga enak banget nih acara jadinya kalau ada dia. Ah…..kagak bisa bebas…..’ Sivia tak enak juga ada Rio. Hubungan mereka kan bisa di bilang KAJJ.
Hah???apaan tuh?
Hehe…..Kagak Ade Jelas Jelasnye…..
Sivia lansung menjauh dari Dea. Dia tak tahan dekat2 sama Rio. Takut Rio mendengar detak jantungnya. Wueee….lebay…. Rio menyadari tingkah aneh Sivia. Dia tak menyapa Sivia, malah asyik ngobrol sama Dea.
Bis berangkat jam 9. Sivia duduk dengan Zahra, Ketua bidang Kemanusiaan. Bis sudah penuh.
Tiba2...ada beberapa kakak senior cowok yang masuk ke bis sambil membawa kursi plastik.
“Udah penuh ni Kak.” Kata Dayat ke Kak Debo
“Tenang kita bawa kursi kok…..nyempil di tengah juga kagak ape2.” ujar Debo nyantai.
Debo, Patton dan Obiet duduk di gang antar kursi. Mereka udah siap2 kursi cadangan sepertinya. Namanya juga cuma nebeng.
Dan Sivia kaget saat seseorang meletakkan kursi plastik di gang samping kursinya. Ngga tepat di sampingnya sih…agak di depannya gitu kok. Tapi dia mengahdap berlawanan dengan Sivia. Walhasil mereka bisa dibilang hadap2an lah.
‘Mampus…ngapain sih K’ Rio duduk di situ. Aduhhhh…..’ Sivia menundukkan pandangannya pura2 mengetik sms di Hp nya padahal dia lagi nahan detak jantungnya yang udah ga karu2an.
Sivia bingung mesti ngapain…Dia iseng2 mainin Hp…..sok2 ngetik…padahal jarinya ga bener2 nyentuh keypad. Zahra yang memperhatikan tingkah Sivia jadi merasa aneh sendiri. Tapi dia cuma diem. ’Bosen kali’ pikirnya.
Saat sedang asik memainkan Hp nya tiba2 Hp nya bergetar. Sms masuk…..
Sivia membukanya dan langsung melongo menatap layar Hpnya….tk percaya dengan apa isi sms itu…..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar